Jakarta (ANTARA News) - Konsep desain digital tidak luput juga terpengaruh oleh perubahan iklim. Ini menyebabkan para penyedia perangkat lunak harus menyesuaikan produknya sehingga hasil desain dalam bentuk nyata dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Country Manager Autodesk Indonesia Bayu Wedha dalam jumpa pers di arena Autodesk Solution Day di Jakarta, mengatakan, pasar membutuhkan suatu software yang mampu memberi solusi lengkap terhadap suatu desain seperti gedung atau sektor industri lainnya. Dengan demikian, katanya, dampak dari pembangunan gedung atau pabrik dari industri tertentu tidak membahayakan atau bisa meminimalkan kerusakan lingkungan bahkan bisa menghemat konsumsi energi. Direktur Regional Autodesk untuk kawasan Asean Denis Branthonne mengatakan, konsumsi energi khususnya listrik sekitar 70 persennya disumbang oleh gedung-gedung bertingkat. "Bayangkan berapa banyak gedung bertingkat di Indonesia dan berapa banyak energi yang dikonsumsi. Lebih baik kita menghemat energi daripada memboroskannya," katanya dan menambahkan penggunaan energi diperkirakan akan tumbuh sebesar 57 persen dalam 25 tahun ke depan. Kemampuan Autodesk untuk memberikan hasil desain yang mendalam termasuk perkiraan konsumsi energi juga telah terbukti di Singapura. Munurut Branthonne, beberapa ilmuwan Singapura berusaha untuk membuat desain bangunan yang ramah lingkungan secara manual. Namun mereka ternyata gagal untuk memperkirakan konsumsi energi karena lemahnya untuk melakukan simulasi. Sementara Autodesk dengan kemampuan simulasi, visualisasi dan analisis bisa melakukan dengan mudah. Meski demikian, ia mengakui bahwa biaya untuk membangun gedung ramah lingkungan sedikit lebih mahal sekitar lima persen. "Namun untuk jangka panjang, biaya operasionalnya akan lebih murah," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008