Jakarta (ANTARA News) - Salah satu pimpinan Fraksi Partai Damai Sejahtera (FPDS) DPR, Jeffrey Massie, menyatakan setuju jika kekuatan "oposisi" diberi kepercayaan memimpin Panitia Khusus (Pansus) Angket DPR soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Karena itu, jika ingin panitia angket bekerja serius dan maksimal, idealnya PDI Perjuangan yang memimpin," katanya di Jakarta, Senin. Selain dari PDI Perjuangan, Jeffrey Massie juga mengusulkan tokoh dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) Drajad Wibowo sebagai Wakil Ketua Pansus. Sebab, menurutnya, Drajad Wibowo merupakan figur ekonom profesional sekaligus politisi yang paham akan isu krusial tentang misteri pengelolaan energi di Tanah Air. Anggota DPR dari daerah pemilihan Provinsi Sulawesi Utara itu menjamin, kerja politik panitia yang dipimpin oleh kekuatan oposisi (Fraksi PDI Perjuangan) dan dari Fraksi PAN, tidak akan melenceng ke hal-hal lain, termasuk kekhawatiran soal `impeachment` terhadap Presiden RI. "Hak Angket ini jauh dari hal itu (impeachment). Kita jangan terlalu mempolitisasinya. Yang jadi soal kan apakah kebijakan Pemerintah menaikkan BBM itu sudah sesuai dengan realitas? Apa tidak ada opsi lain yang bisa menyenangkan, dan bukan semakin menyengsarakan rakyat," katanya. Karena itu, lewat Panitia Angket nanti, ada kewenangan bagi Dewan untuk memanggil semua pihak yang bertanggungjawab di sektor produksi, distribusi dan konsumsi energi atau BBM. "Ini kan sudah menyangkut hayat hidup orang banyak, dan karenanya menurut konstitusi kita, yakni Undang Undang Dasar (UUD) 1945, harus tuntas masalahnya. Tidak bisa sebuah institusi memonopoli kewenangan untuk menentukan hal-hal yang menyangkut hayat hidup orang banyak," tandasnya lagi. Janji Presiden Di pihak lain, Jeffrey Massie juga meminta jaminan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan jajarannya di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), agar tidak lagi menaikkan harga BBM. "Kendati pun tiga hari lalu harga minyak mentah dunia menembus rekor di level 144 dolar AS per barel pada perdagangan di New York Mercantile Exchange, sementara di pasar Asia berada pada angka 145 dolar As per barel," ungkapnya. Jeffrey mengharapkan, demi rakyat yang semakin sengsara, janji presiden untuk tidak menaikkan harga BBM lagi, menjadi kenyataan, kendati pun hal ini diakuinya merupakan pilihan kebijakan sangat sulit. (*)

Copyright © ANTARA 2008