Seoul, (ANTARA News) - Para mitra perundingan khawatir bahwa Korea Utara mungkin berupaya untuk menyelamatkan senjata-senjata nuklirnya, meskipun menghancurkan program atom yang memproduksi plutoniumnya, kata presiden Korea selatan. "Terdapat kekhawatiran bahwa Korea Utara mungkin saja ingin mempertahankan senjata-senjata nuklir yang telah mereka hasilkan, sebab faktanya mereka bisa dipandang sebagai negara yang memiliki senjata nuklir," kata Lee Myung-Bak kepada kantor berita Jepang Kyodo News dalam wawancara yang disiarkan Senin. "Keadaan ini sangat memprihatinkan bagi kita semua," katanya. Ia menandaskan bahwa enam negara yang terlibat dalam perundingan perlu berunding untuk mengatasi persoalan senjata itu. Keenam negara anggota perundingan tentang nuklir Korea Utara terdiri kedua Korea, Amerika Serikat, China, Jepang dan Rusia. Korea Utara belum lama telah menyampaikan deklarasi program nuklirnya yang telah lama ditunggu, dan dalam putaran mendatang dari perundingan-perundingan akan difokuskan pada cara-cara untuk memverifikasinya. Dokumen tersebut mencakup produksi plutonium di kompleks Yongbyon, yang sekarang sedang ditutup berdasarkan kesepakatan enam pihak. Namun demikian, dokumen itu tidak memberikan rincian mengenai produksi senjata, suatu masalah yang akan dibahas dalam perundingan-perundingan selanjutnya. Seorang pejabat senior AS Sabtu mengatakan, bahwa proses enam negara kini berada pada tahap yang sangat penting, dan pada putaran mendatang dari perundingan-perundingan akan diselenggarakan di Beijing sekitar 11 sampai 12 Juli. Direktur Dewan Keamanan Nasional AS untuk Asia, Dennis Wilder, mengatakan enam negara ingin memutuskan `bagaimana kami akan memverifikasi deklarasi itu.` Korea Utara Jum`at mengatakan bahwa pihaknya takkan melangkah ke tahap berikutnya dari perjanjian sampai pihaknya menerima tambahan bantuan energi yang dijanjikan sebagai kompensasi. Jepang menolak memberikan kontribusi sampai negara komunis itu menyelesaikan masalah penculikan sejumlah warga Jepang semasa Perang Dingin yang lampau. Lee menyatakan berharap bahwa Jepang akan mulai memberikan kontribusinya, menurut Kyodo, sementara itu juga menyerukan dicapainya kemajuan atas masalah penculikan tersebut. Hubungan-hubungan Selatan-Utara makin memburuk sejak konservatif Lee mengambil-alih kekuasaan setelah sepuluh tahun lamanya dipegang oleh penguasa liberal. Dia berjanji Seoul akan memberikan bantuan ekonomi lebih banyak jika Pyongyang melucuti senjata nuklirnya. Lee menegaskan kembali bahwa dia bersedia, dalam prinsipnya, untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il `beberapa kali` untuk melakukan dialog sejati. Dalam wawancara terpisah dengan BBC, Lee mengakui bahwa telah terjadi kemajuan dalam rekonsiliasi dibanding dengan sedasawarsa yang lalu. Namun, dari kacamata militer, tak banyak terjadi perubahan, katanya. "Kurang dari 40 kilometer jaraknya dari utara Seoul, Korea Utara masih menggelar ribuan persenjataan artilerinya jarak jauh," ujarnya, seperti diwartakan AFP. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008