Ambon (ANTARA) - Pemerintah diharapkan secepatnya merealisasi berbagai bantuan yang dibutuhkan para pengungsi guna menghindari berbagai persoalan sosial yang timbul di lokasi-lokasi pengungsian pascagempa bumi dengan magnitudo 6,8 pada Kamis, (26/9).

"Perlu ada gerak cepat pemerintah kalau tidak ingin terjadi masalah sosial di lokasi pengungsian," kata pimpinan sementara DPRD Maluku, Lucky Wattimury saat mengunjungi tiga lokasi pengungsian di Desa Tulehu, Waai, dan Desa Liang, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah di Ambon, Jumat.

Dalam kunjungan tersebut, pimpinan sementara dan anggota DPRD provinsi juga menyerahkan sejumlah bantuan kebutuhan pokok seperti beras, telur, dan mie instan kepada para pengungsi.

Hadir dalam kunjungan tersebut, wakil pimpinan sementara DPRD Maluku  Richard Rahakbauw, Melki Sairdekut, Azis Sangkala, sejumlah anggota DRPD lainnya bersama Plh Sekretaris DPRD Maluku, Bidewyn Wattimena.

Menurut dia, tiga desa yang dikungjungi ini merupakan daerah terparah pascagempa tektonik kemarin dan sebagai contoh di Desa Liang jumlah pengangsi 700 ribu lebih, rumah yang rusak 400 unit dan tidak terhitung berapa harta benda yang mengalami kerugian.

Karena itu, katanya, dapat disimpulkan bahwa bencana alam yang terjadi kemarin telah mendatangkan akibat yang begitu parah terhadap masyarakat di Maluku khususnya di Kota Ambon dan Maluku Tengah.

"Kami sangat berharap kepada pemrintah pusat untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kondisi yang terjadi di daerah kami ini dan berkeyakinan sungguh bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam melihat penderitaan rakyat Maluku," ujarnya.

Warga yang  mengungsi di tempat-tempat yang sangat memprihatinkan, bayangkan di tengah hutan dan bagaimana mau hidup kalau kondisi ini berlangsung terus-menerus, bisa terjadi perkelahian antarmasyarakat untuk mendapatkan bantuan.

Karena itu kepada pemerintah pusat melalui BNPB atau Kemensos dan BPBD Maluku diharapkan agar berbagai persoalan menyangkut kebutuhan para pengungsi baik sanitasi air bersih, logistik, termasuk lampu untuk menerangi para pengungsi pada malam hari diharapkan sungguh dapat direalisasikan dalam waktu singkat karena ini hal mendasar yang sangat dibutuhkan masyarakat.

"Kita juga belum tahu apakah bencana alam ini berakhir pada hari kemarin atau besok masih ada lagi, namun yang pasti adalah kesiapan pemerintah untuk membantu masyarakat sangat diperlukan," ujarnya.

Untuk itu DPRD akan memperjuangkan hak-hak masyarakat untuk dilayani dengan baik oleh pemerintah.

Dari tiga desa yang dikunjungi, soal kesehatan sehingga obat-obatan menjadi penting, logistik berupa makananan dan minuman, serta tenda-tenda darurat karena semua tempat membutuhkannya, termasuk MCK, dan lampu penerangan, karena mereka tinggal dalam kegelapan di malam hari dan kondisinya hujan serta guncangan gempa bumi susulan yang masih terus berlangsung

Pejabat kepala pemerintah Negeri Liang, Ramlan Tuasikal mengatakan, para pengungsi sangat berharap ada bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat.

Baca juga: Budi Karya ke Ambon, pastikan kondisi bandara dan pelabuhan pascagempa

Karena jumlah pengungsi yang begitu banyak tidak berimbang dengan bantuan yang datang saat ini dalam jumlah terbatas.

"Kuota bantuan yang terbatas dengan jumlah pengungsi yang begitu banyak maka timbul kegaduhan di masyarakat karena contohnya terpal sekitar 10 buah dan mereka menuntut, sementara yang di titik pengungsian lain seperti di gunung masih banyak," kata Ramlan.

Dia mengakui, yang mendesak sekarang ini adalah MCK, sedangkan kebutuhan air minum para pengungsi yang mengambil air sekitar 4 Km sehingga hal-hal yang mendasar ini pemprov maupun pusat tolong diagendakan sebagai yang prioritas.

Hal senada juga disampaikan pengungsi di Desa Tulehu maupun Desa Waai yang mengharapkan uluran tangan pemerintah dalam menyalurkan bantuan makananan dan minuman, air bersih, MCK, serta lampu penerangan.

"Masyarakat semuanya meninggalkan rumah-rumah mereka di pesisir pantai dan mengungsi ke hutan di dataran lebih tinggi pascagempa bumi tektonik kemarin," kata saniri Negeri Waai, Obet Reawaru.

Dia juga mengaku warganya baru selesai memakamkan dua korban meninggal dunia akibat tertimpa dinding rumah ketika terjadi gempa bumi, yakni Ny. Palestine Tuasela/Taihitu dan Semy Talaperu.

Sedangkan dua warga lain yang mengalami luka-luka berat dan masih menjalani perawatan di RSUD Haulussy Ambon adalah Dominggus Souhoka dan Ulen Tuasela yang merupakan anak dari almarhumah Ny. Palestine Tuasela/ Taihitu.

Baca juga: Kepala BNPB: Kembali ke rumah bila dua jam tidak ada gempa susulan
Baca juga: BNPB bantu Rp1 miliar untuk penanganan gempa Ambon


 

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019