Toyako, Hokkaido, 9/7 (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya kerjasama internasional untuk memastikan keamanan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan yang diindikasikan dengan naiknya harga komoditas tersebut. "Negara-negara berkembang hendaknya dapat menempatkan kembali pengembangan agrikultur sebagai hal utama dalam agenda pembangunan mereka. Di sisi lainnya, negara maju dapat juga berperan dengan kebijakan ekonomi yang mendukung sektor pertanian," kata Presiden dalam sesi Outreach Working Lunch pada KTT G-8 di Toyako, Hokkaido, Rabu. Kepala Negara mengatakan negara-negara maju juga dapat berinvestasi di bidang pertanian dan membagi pengetahuan mereka di bidang teknologi untuk meningkatkan produksi pertanian pada negara berkembang. "Dengan bantuan tersebut dan juga kebijakan ekonomi yang tepat maka dapat mendorong peningkatan produksi pangan negara berkembang," tegasnya. Presiden Yudhoyono juga mengatakan, kini saatnya antara pemerintah, swasta dan peneliti memiliki keterhubungan yang sangat erat dalam pengembangan sektor pertanian, sehingga keamanan pangan dapat terjamin. "Jangan juga dilupakan pengembangan kapasitas petani di skala kecil. Indonesia berhasil meningkatkan produksi pangan dengan meningkatkan kapasitas petani kecil yang mendapatkan bibit hibrida," katanya. Dengan bibit tersebut, masih menurut Presiden, produksi pertanian saat panen dapat meningkat dibandingkan sebelumnya yang untuk satu hektar dapat menghasilkan 12 ton beras. "Bila ini dapat terjadi secara internasional maka kita akan dapat melihat semakin baiknya suplai pangan secara global," katanya. Presiden Yudhoyono mendukung putaran Doha dalam pembahasan pembangunan diarahkan pada terbentungnya rezin perdagangan internasional yang lebih fair dan meningkatkan produksi pangan di negara berkembang. Menurutnya saat ini dalam ekonomi internasional ada paradoks yang terjadi, di satu sisi banyak negara berkembang terpukul dengan kenaikan harga minyak mentah seperti di Asia, Afrika dan Amerika Latin, namun di sisi lain sejumlah negara penghasil minyak menikmati keuntungan yang sangat besar. "Saya menghargai sikap Saudi Arabia yang memberikan bantuan pada organisasi pangan dunia, kita harus mendorong hal yang lebih. Secara luas saya percaya baik kenaikan harga minyak mentah dengan harga pangan akan berjalan dengan paralel pada suatu saat nanti," tegasnya. Presiden meyakini KTT G-8 dapat menjadi momentum untuk kerjasama mengatasi krisis pangan karena para pemimpin yang hadir dalam pertemuan tersebut merupakan pemegang kebijakan kunci dalam isu keamanan pangan secara global. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008