Ungaran, Jawa Tengah, (ANTARA News) - Dampak dari pemadaman listrik yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Jawa Tengah secara bergiliran dalam sebulan ini, sebanyak 67.000 liter susu sapi di dua kabupaten mengalami rusak atau basi tidak bisa dikonsumsi lagi. Kerusakan Susu segar sapi sebanyak tersebut dari lima Koperasi Unit Desa (KUD) persusuan kabupaten Semarang dan Boyolali. Dampak akumulasi dari beberapa kali pemadaman listrik secara bergiliran dan waktunya tiba-tiba, kata Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah dan Persusuan Indonesia (APSPI) Jawa Tengah, Agus Warsito, di Ungaran, Rabu. Menurut dia, jumlah susu sapi yang rusak tersebut dari KUD Getasan sebanyak 20.000 liter, KUD Pabelan 4.000 liter, KUD Mekar Ungaran 12.000 liter, KUD Sidodadi Getasan 10.000 liter, dan KUD Jatinom, Boyolali sebanyak 21.000 liter. Pemadaman listrik secara bergilir, kata dia, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu itu, juga berdampak pada kerusakan mesin pendingin "cooling unit". Alat ini untuk memproses atau mengolah susu murni yang dikirim peternak sapi perah ke KUD. "Akibat listrik padam tiba-tiba. Kualitas susu yang akan dijual ke industri pengolahan susu (IPS) akhirnya mengalami penurunan kualitas dan tidak layak konsumsi," katanya. "Kami minta kepada PLN sebelum dilakukan pemadaman, untuk pemberitahuan kepada masyarakat,"katanya. Pihaknya akan melakukan somasi ke PLN dan tembusan ke Gubernur Jawa Tengah jika hal ini tidak ada perhatian dari PLN. Ia mengatakan tampaknya gubernur hanya memperhatikan perusahaan pertekstilan saat PLN melakukan pemadaman listrik secara bergilir. "Jadi yang mengalami kerugian tidak saja industri pertekstilan, tapi industri susu juga dirugikan," katanya. Sebanyak 67.000 liter susu yang dibuang itu, kerugian yang dialami beberapa KUD persusuan mencapai Ratusan juta atau sekitar Rp180,9 juta. Harga susu segar sapi saat ini kualitas terendah mencapai Rp2.700,00/liter. Selain itu, kata dia, dampak dari pemadaman listrik itu, pengusaha susu, koperasi, dan pemilik sapi perah akan gulung tikar. "Kami kena denda Rp16 juta oleh industri pengolah susu, karena angka kuman naik akibat listrik padam," kata Agus juga pemilik Koperasi Andini Luhur, di Kecamatan Getasan. Semantara itu, Humas PT PLN Jateng-DIY, Sri Nugroho, mengatakan, pemadaman bergilir ini kasus nasional, karena kekurangan daya listrik. "Pemadaman listrik bergilir ini tidak bisa direncanakan. Ketika ada perintah secara mendadak dari pusat langsung dilaksanakan pemadaman," katanya. Menurut dia, ini semuanya secara tiba-tiba, jika ada pembangkit yang kekurangan bahan bakar sehingga keluar dari sistem koneksi Jawa Bali harus dikurangi beban dengan cepat. APJ-APJ PLN daerah tidak sempat memberitahu ke pelanggan. (*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008