Jakarta (ANTARA News) - Survival Wayang Orang sebagai salah satu kekayaan seni tari Indonesia untuk tetap eksis telah ditunjukkan oleh Wayang Orang Bharata yang merayakan HUT ke-36 dengan menggelar Pagelaran Wayang Orang di gedung milik Pemprov DKI di Jl Kalilio No 15, Senen, Jakarta, akhir pekan lalu. Pergelaran WO Bharata tersebut mendapat dukungan Program CSR PT Heinz ABC Indonesia memberikan makna bahwa keragaman budaya memberi inspirasi untuk inovasi produk, keaneka ragaman budaya dan spirit pemain dengan fasilitas yang amat minim telah mengusik kepedulian PT Heinz ABC Indonesia untuk menambah deret program CSR (tanggung jawab sosial). Dalam keterangan tertulisnya Humas PT Heinz ABC Indonesia di Jakarta, Rabu, bahwa pelestarian budaya dalam bentuk renovasi frame panggung tersebut diterima oleh Marsam MA, Pimpinan WO Bharata disaksikan oleh pengunjung Pagelaran Wayang Orang. Wayang Orang merupakan salah satu kesenian khas daerah Jawa yang kini sudah jarang dilihat pementasannya. Selain WO Bharata, saat ini ada juga WO Sriwedari di Solo dan Ngesti Pandowo Semarang yang hidup segan mati tak mau mengingat peminat yang semakin turun jumlahnya dan fasilitas yang semakin tua. Iriana E Muadz, Marketing Director PT Heinz ABC Indonesia yang notabene adalah perusahaan multi nasional menyatakan kebanggaannya akan spirit daripada pemain dan komunitas pecinta Wayang Orang untuk terus ‘melanggengkan’ salah satu kekayaan khasanah bangsa karena dengan keragaman budaya itulah pebinis mendapat inspirasi untuk inovasi produk mereka. Marsam MA, Pimpinan WO Bharata, menjelaskan: "Tujuan kami hanya satu yaitu mewariskan kepada anak cucu agar supaya mereka bisa menjaga kelanggengan Wayang Orang dan mengaplikasikan filosofi yang terkandung dalam setiap cerita wayang yang penuh makna dalam pembangunan karakter pribadi seseorang. Bersyukur bahwa putra-putri pemain kami ada yang menuruni bakat orang tuanya dan kami didik secara rutin dan telaten dalam rangka kaderisas". "Dengan digalakkannya pementasan Wayang Orang menggunakan pemain orang-orang terkenal bahkan para pejabat pemerintahan dan akademisi membuat kami para anak wayang ‘trenyuh’ bahwa masih ada usaha mendukung pelestariannya," katanya. Dengan harga karcis rata-rata tiap pentas Rp25.000/orang atau sekitar Rp3 juta bila semua 120-kursi terjual, bisa dibayangkan berapa pendapatan para pemain yang melibatkan setidaknya 85 pemain termasuk penabuh gamelan belum lagi harus membayar biaya produksi pementasan dan kebersihan serta latihan. "Oleh sebab itu sulit bagi kami jika harus menanggung perawatan gedung yang merupakan tanggung jawab pemprov DKI dan renovasi panggung yang sudah tidak layak pakai karena akan menelan biaya ratusan juta rupiah," demikian Marsam.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008