Semarang (ANTARA News) - Daya beli masyarakat di Kota Semarang, Jawa Tengah, menurun sejak pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rata-rata mencapai 28,7 persen, kata Deputi Pemimpin Bank Indonesia (BI) Semarang, Mahdi Mahmudy. Menurut Mahdi, di Semarang, Kamis, survei konsumen yang dilakukan pada rumah tangga kelas menengah bulan Juni 2008, mayoritas konsumen menyatakan kebijakan menaikkan harga BBM menyebabkan beban hidup dan pengeluaran meningkat. Selain itu, katanya, daya beli masyarakat cenderung menurun akibat adanya kenaikan harga-harga barang lain. Karena itu, konsumen berupaya meminimalkan dampak kenaikan BBM dengan melakukan penghematan. Penghematan dilakukan dengan cara mengurangi pengeluaran rekreasi/hiburan (26,86 persen), mengurangi pengeluaran transportasi (19,28 persen), dan menurunkan kualitas barang yang dikonsumsi/mencari barang lebih murah (19,15 persen). "Masyarakat selain melakukan upaya penghematan, juga ada yang merencanakan untuk menggunakan dana tabungannya dan menjual aset yang dimiliki agar bisa mempertahankan kelangsungan hidup," katanya. Kalangan masyarakat meminta agar melakukan berbagai terobosan untuk meringankan beban kalangan masyarakat menyusul kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM yang berdampak pada penurunan daya beli, katanya. Menghadapi kondisi yang serbasulit, responden mengharapkan agar masyarakat melakukan upaya penghematan (30,21 persen), penyesuaian tingkat upah/gaji (20,83 persen), dan pemberian bantuan, seperti bantuan langsung tunai (BLT)/subsidi. "Masyarakat memang membutuhkan perbaikan gaji dan subsidi dari pemerintah untuk menghadapi melonjaknya harga barang-barang sejak pemerintah menaikkan harga BBM belum lama ini," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008