New York, (ANTARA News) - Harga minyak kembali melonjak pada perdagangan Kamis waktu setempat, atau Jumat pagi WIB, didukung memanasnya ketegangan geopolitik terhadap produsen minyak utama, Iran, dan kekhawatiran ketatnya pasokan minyak mentah, kata para pedagang. Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan bahwa tekanan di pasar minyak akan menurun pada awal tahun depan di tengah melambatnya perekonomian di Amerika Serikat. Ditambah lagi, kartel produsen minyak OPEC menurunkan estimasinya untuk permintaan minyak mentah dunia dalam dua dekade mendatang, memperkirakan tingginya harga minyak akan memaksa negara-negara konsumen lebih efisien dalam menggunakan komoditi berharga (mahal) mereka. AFP melaporkan, kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, melonjak 5,60 dolar AS menjadi ditutup pada 141,65 dolar AS per barrel. Di pasar London, kontrak berjangka minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus meningkat 5,45 dolar AS menjadi mantap pada 142,03 dolar AS per barrel. "Para investor tidak siap untuk menguangkan (melikuidasi) posisi minyak mentah mereka sebelumnya, dengan berlanjutnya kecemasan geopolitik dan kekhawatiran jangka panjang ketatnya pasokan minyak mentah," kata analis Sucden, Andrey Kryuchenkov. Harga minyak telah melambung sejak menembus 100 dolar AS pada awal tahun ini, namun turun sekitar lima dolar AS dari rekor puncaknya yang mendekati 147 dolar AS pada pekan lalu. Para pedagang mengikuti peristiwa-peristiwa kekhawatiran tentang Iran, yang merupakan produsen minyak mentah OPEC terbesar kedua, dengan produksi sekitar 4,0 juta barrel per hari. Iran melakukan ujicoba penembakan rudal lagi di Teluk, Kamis, kata media pemerintah dan AS berjanji akan membela sekutu-sekutunya terhadap setiap agresi Iran. Washington , yang kuatir Teheran ingin menguasai teknologi untuk membuat senjata-senjata nuklir, mengatakan setelah Iran melakukan ujicoba sembilan rudal, Rabu bahwa Teheran harus menghentikan ujicoba-ujicoba rudal lebih lanjut jika negara itu ingin mendapat kepercayaan dunia. Iran mengatakan rudal-rudal itu dapat menghantam Israel dan pangkalan-pangkalan AS. Spekulasi bahwa Israel mungkin akan membom Iran meningkat sejak satu pelatihan angkatan udara Israel secara besar-besaran bulan lalu. Para pemimpin AS tidak mengesampingkan opsi-opsi militer jika jalur diplomasi gagal mengakhiri pertikaian nuklir Iran. Iran menanggapi dengan mengatakan pihaknya akan membalas menyerang Tel Aviv serta kepentingan-kepentingan AS dan pelayaran , jika ia diserang. Teheran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan-tujuan sipil. Menlu AS Condoleezza Rice ketika mengunjungi bekas republik Sovyet Georgia mengatakan Washington mengirim pesan kepada Iran bahwa AS akan mempertahankan kepentingan-kepentingan AS dan sekutu-sekutunya. Iran bersikukuh bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai, seperti pembangkit listrik namun beberapa negara Barat mengkhawatirkan itu dilakukan untuk tujuan membuat sebuah bom atom dan menyerukan Iran untuk menghentikan pengayaan uraniumnya. OPEC tidak akan dapat menggantikan produksi minyak Iran, jika pasokan terhenti akibat perang dengan Israel atau Amerika Serikat, kata pimpinan kartel. "Saya harap tidak akan ada serangan pada Iran. Saya harap masalah itu akan diselesaikan secara damai," kata Sekjen Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Abdalla Salem El-Badri dalam sebuah konferensi pers di Wina. "Tetapi, jika sesuatu terjadi, kami tak mungkin menggantikan produksi minyak Iran." OPEC juga mengurangi estimasi jangka panjang permintaan minyak dunia, mengatakan konsumsi pada 2030 akan turun 3,7 persen daripada proyeksi sebelumnya karena ada penghematan energi. Sementara IEA, memperkirakan permintaan di negara-negara maju akan menjadi cenderung melemah, namun proyeksi permintaan global naik 1,0 persen pada tahun depan. Lembaga yang berbasis di Paris ini, memperingatkan bahwa permintaan minyak masih akan meningkat di Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin, dipicu oleh semangat momentum ekonomi dan turunnya harga bahan bakar minyak. IEA mengatakan permintaan minyak global diperkirakan menjadi 87,7 juta barrel per hari pada tahun depan, atau meningkat 1,0 persen dari 86,9 juta barrel per hari yang diperkirkan untuk 2008.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008