Gorontalo (ANTARA News) - Sebanyak 200 ekor sapi Gorontalo yang akan diekspor ke Malaysia, mati setelah dikastrasi atau dikebiri. Halim Usman, Direktur PT. Gorontalo Fitrah Mandiri, BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), yang menangani hal itu mengatakan, kerugian yang dicapai akibat matinya ratusan sapi ekspor tersebut, mencapai Rp800 juta. Meski begitu, dalam waktu dekat pihaknya berencana tetap mengekspor 1.500 ekor sapi dari 20 ribu ekor sapi yang diminta oleh Malaysia. "Malaysia sudah mengalokasikan anggaran pembelian 20 ribu ekor sapi dari Gorontalo, dan menurut informasi, pada tanggal 14 Juli mendatang, perwakilan negara itu akan datang ke Gorontalo guna menyelesaikan pembelian sapi dengan BUMD," Jelasnya. Dia berharap, transaksi jual beli sapi antara Gorontalo dan Malaysia itu dapat berjalan sesuai jadwal, mengingat sempat tertundanya kerja sama antara keduanya, beberapa waktu lalu, karena masalah perizinan, yang kini telah ada. Sementara itu, ekspor sapi oleh BUMD tersebut, mendapatkan sorotan tajam dari sejumlah Fraksi di DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi Gorontalo. Abdullah Karim, Aleg dari Fraksi Lima Bersama, menilai ekspor sapi ke Malaysia itu, merupakan proyek "akal-akalan" BUMD, karena menurutnya, sapi-sapi tersebut, justru dibeli dan didatangkan Gorontalo dari luar daerah, seperti Nusa Tenggara Barat dan Bali. Kris Wartabone, dari Fraksi Bintang Demokrasi, menambahkan, dia menilai kinerja BUMD selama ini tidak banyak memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah. Menurut dia, hal itu terbukti dari hasil audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan evaluasi Departemen Dalam Negeri, atas laporan keuangan APBD 2007 Provinsi Gorontalo, yang mencatat kerugian yang dialami BUMD mencapai Rp3,9 miliar.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008