Tokyo (ANTARA News) - Sebanyak 604 pekerja magang (traninee) Indonesia yang sedang bekerja di berbagai perusahaan di Jepang lari dari perusahaan, sehingga kecenderungan "kabur" itu dikhawatirkan berdampak buruk bagi hubungan Indonesia dan Jepang. Menurut perusahaan pengerah tenaga kerja Jepang, seperti yang disampaikan Working Group for Technology Transfer (WGTT) Jepang, kepada Antara di Tokyo, Senin, banyaknya jumlah pekerja magang Indonesia yang kabur itu terjadi sejak 2005 hingga 2007. Fenomena pekerja magang, atau disebut "Kenshushei" yang kabur itu terungkap dalam kegiatan pelatihan manajemen dan investasi yang diselenggarakan oleh Vuteq Corporation bekerja sama dengan WGTT-Jepang, LSM yang berfokus pada peningkatan SDM Indonesia, pada Minggu (13/7) lalu, di kota Toyota (di timur Nagoya). Pelatihan ini dihadiri oleh tidak kurang dari 200 trainee dari kota-kota seperti Toyota, Arai, Mioshi, Kariya, Taketoyo, Toyohashi, Tahara, Fukui dan Anjo. Seluruhnya bekerja di Vuteq Corporation yang berkantor pusat di Toyota city. Koordinator WGTT Jepang Fauzi Amary mengatakan, walaupun kecenderungannya semakin menurun, namun dikhawatirkan berdampak negatif bagi hubungan baik antara Jepang dan Indonesia yang baru saja mengefektifkan kerja sama ekonomi berlandaskan EPA (Economic Partnership Agreement) pada 1 Juli 2008. Dalam kesempatan itu, Vice President Vuteeq Corporation yang diwakili oleh HRD Manager Hiroshi Ishibushi, menekankan pentingnya para kenshushei untuk tetap konsisten pada kontrak kerja dengan perusahaan dan berupaya maksimal dalam menimba keterampilan dalam bidang kerja di perusahaan-perusahaan yang berbasis teknologi tinggi itu. "Apalagi jika mengingat budaya kerja Jepang yang sangat konsisten dan menuntut disiplin kerja tinggi," kata Ishibushi. Tahun 2005, jumlah kenshushei yang kabur tercatat sebanyak 286 orang, tahun 2006 187 orang, dan pada 2007 sebanyak 131 orang. Jumlah trainee di Jepang mencapai sekitar 6,000 (Juli 2008), yang didatangkan oleh IMM Japan sebanyak 4.810 orang, Vuteq Corporation 350 orang, dan sisanya sekitar 1.000 orang didatangkan perusahaan pengerah tenaga kerja lainnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008