Bontang, (ANTARA News) - Nomor "Cross Country" dalam cabang olahraga terbang layang Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII Kaltim gagal dilombakan akibat cuaca yang tidak mendukung. "Cuaca sangat tidak mendukung dan waktunya sangat mepet sehingga nomor `Cross Country` tak bisa dilombakan," kata Sekretaris Panitia Pelaksana Terbang Layang PON XVII Kaltim, Partono, di Bontang, Kamis. Menurut rencana Duration Flight akan dilombakan melalui tiga jalur perlintasan, yakni Tanjung Santan-Muara Badak-Bontang Lestari. Itu berarti setiap peserta akan berangkat dari Landasan Tanjung Santan (Kabupaten Kutai Kartanegara) menuju Landasan Muara Badak (Bontang). Dari Landasan Muara Badak, peserta kembali terbang hingga mendarat di Landasan Bontang Lestari. Dengan tidak dilombakannya nomor penerbangan jelajah itu, maka terbang layang dalam PON XVII hanya memperlombakan 19 nomor yang terbagi dalam tiga katagori, yakni "Precision Landing", "Duration Flight", dan "Goal and Race". Cabang olahraga terbang layang ini telah beberapa kali mengalami penundaan akibat faktor cuaca sehingga membuat landasan yang telah dipersiapkan rusak terkena hujan. Awalnya cabang olahraga yang memerlukan bantuan pesawat penarik jenis Gelatik dan Husky itu akan diselenggarakan di Kabupaten Kutai Timur pada 3 Juli lalu. Namun baru terlaksana mulai 9 Juli lalu di landasan milik PT Chevron di Desa Segendis, Tanjung Santan. Kemudian pada hari terakhir nomor "Goal and Race" yang dilombakan, Rabu (16/7), setiap peserta berangkat dari Landasan Tanjung Santan dan mendarat di Landasan Bontang Lestari. Di ajang PON kali ini, DKI Jakarta keluar sebagai juara umum dengan raihan 13 medali emas, enam perak, dan tiga perunggu. Tempat kedua diduduki Papua dengan dua emas, lima perak, dan dua perunggu. Sedang urutan ketiga dan keempat, masing-masing diduduki DI Yogyarakta (dua emas, tiga perak, dan tiga perunggu) dan Jatim (dua emas, dua perak, dan empat perunggu). Kendati keluar sebagai juara umum, namun prestasi DKI menurun dibandingkan PON XVI di Sumatera Selatan pada 2004 lalu yang mampu mengumpulkan 20 medali emas. Papua Protes Sementara itu kontingen Papua melancarkan protes kepada panitia pelaksana terkait hasil akhir dari nomor "Goal and Race". Menurut perwakilan dari kontingen Papua, Inong K Wiyoso, panitia tidak tanggap memasang bendera di sekitar Landasan Bontang Lestari. "Seharusnya tidak boleh ada bendera di landasan karena menganggu para atlet," katanya didampingi beberapa anggota kontingen Papua kepada panpel di Hotel Bintang Sintuk, Bontang. Akibat adanya bendera itu, atlet Papua, Paul Mnusever, hanya mampu merebut medali perak. Sedang medali emas melayang ke tangan atlet DKI, Wiwin Anggono. Manajer Tim Terbang Layang DKI, Edi Haryoto menilai protes yang dilancarkan Papua tidak logis dan terkesan mengada-ada karena di nomor itu Paul Mnusever awalnya sudah merasa tidak tertandingi. Atlet DKI, Utomo berangkat lebih dulu dari Landasan Tanjung Santan. Dia membutuhkan waktu 21 menit untik mendarat di Landasan Bontang Lestari yang berjarak sekitar 14 kilometer dari Tanjung Santan. Sementara Paul Mnusever hanya membutuhkan waktu 18 menit. Atlet DKI berikutnya, Wiwin Anggono menyusul dan hanya dalam waktu 13 menit sudah sampai di Landasan Bontang Lestari sehingga berhak atas medali emas. "Dia tidak mengira, kalau ada atlet kami lainnya yang menyusul atlet Papua. Sehingga begitu mengetahui kalah, mereka langsung mengajukan protes," katanya. Sementara itu Sekretaris Panitia Pelaksana Terbang Layang PON XVII Kaltim, Partono mengatakan, pemasangan bendera itu untuk memudahkan para atlet melakukan pendaratan. "Bendera itu kami pasang untuk menandai bahwa landasan benar-benar aman, karena di sekitar petak landasan itu kondisinya becek sehingga bisa mencelakakan peserta," katanya beralasan. Sampai berita ini diturunkan, pihak panpel dan anggota dewan juri atau wasit masih membahas protes yang dilancarkan kontingen Papua itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008