Semarang (ANTARA News) - Tekanan hidup yang terus menghimpit membuat penduduk di Jawa Tengah banyak yang terkena gangguan jiwa berat atau "skizofrenia", terutama kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga. "Kini ada pula masyarakat yang mengalami gangguan afektif atau suka bertindak berlebihan, tertawa terus-menerus, dan terkadang menangis terus-menerus (bipolar)," kata Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Amino Gondohutomo Semarang, dr. Isi Mularsih, di Semarang, Kamis. Menurut dia, sejumlah gangguan jiwa tersebut banyak dialami para pasien yang menjalani perawatan di RSJD ini. "Bahkan, mayoritas pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah kaum pria," katanya. Ia mengatakan, sekitar 60 persen dari 205 orang pasien rata-rata per hari yang menjalani perawatan di rumah sakit ini selama bulan 2008 merupakan kaum pria. Bahkan, 15 orang pasien yang baru masuk hari Kamis (17/7), sembilan orang diantaranya merupakan kaum pria, sisanya perempuan. Mayoritas pasien gangguan jiwa berusia produktif antara 25-45 tahun. Penyebab mereka terkena gangguan jiwa karena "stressor" sosial, seperti putus cinta, kehilangan pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga, pemutusan hubungan kerja (PHK), tekanan dalam lingkungan kerja, dan tekanan hidup lainnya. Ia mengatakan, faktor utama yang membuat seseorang rentan terkena gangguan jiwa karena struktur mentalnya yang lemah. "Kaum pria yang lemah struktur mentalnya tentu rentan terkena gangguan jiwa. Apalagi, mayoritas masyarakat menganggap beban pria lebih besar dibanding wanita," katanya. Ciri-ciri orang dengan sifat konstitusi mental lemah, di antaranya mudah curiga, bersifat egois, dan ekstrovet (tertutup untuk mengungkapkan masalah). "Dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) juga bisa menimbulkan gangguan jiwa seseorang yang memiliki konstitusi mental lemah," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008