New York, (ANTARA News) - Harga minyak "rebound" (naik kembali) pada Senin waktu setempat, atau Selasa pagi WIB, setelah jatuh lebih dari 16 dolar AS pekan lalu, karena meluncurnya angin topan tropis ke dalam Teluk Meksiko dan komunitas internasional memperketat tekanan kepada Iran untuk menghentikan program nuklirnya. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, menguat 2,16 dolar AS menjadi ditutup pada 131,04 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September meningkat 2,42 dolar AS menjadi mentap pada 132,61 dolar AS per barrel. Musim angin topan yang dimulai Juni hingga akhir November, hingga sekarang sebagian besar tak banyak peristiwanya terjadi. Angin topan tropis Dolly mengocok Teluk Meksiko pada Senin, mengancam berkembang menjadi sebuah badai kategori satu dalam 24 jam di perbatasa Meksiko-Texas, kata pusat angin topan nasional AS (NHC). Pemerintah Meksiko dan negara bagian Texas AS menerbitkan hasil pantauan angin topan untuk kawasan pesisir, kata pusat pengamatan angin topan yang berbasis di Miami. Harga minyak naik sebagian didukung kekhawatiran terhadap cuaca karena kami melihat badai tropis pertama 2008 di Atlantik," kata analis dari Sucden, Michael Davies. "Badai mengancam fasilitas minyak dan gas di Teluk Meksiko, sementara kami masih di musin angin topan," kata Davies. Raksasa minyak Inggris-Belanda Shell mengatakan telah mengevakuasai 185 personilnya dari beberapa wlayah operasinya di Teluk jelang mendekati badai. "Kami belum memperkirakan dampaknya pada kegiatan produksi Sell di Teluk Meksiko," kata perusahaan dalam situs internetnya. Harga minyak juga didukung ketegangan geopolitik terhadap Iran, produsen minyak terbesar keempat dunia, setelah pembicaraan nuklir di Geneva tidak menghasilkan perkembangan. AS dan negara kuat lainnya menduga Iran mengembangkan nuklirnya bertujuan untuk membuat senjata, namun Teheran bersikukuh program tersebut untuk kegiatan produksi energi. Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Senin, memperingatkan Iran akan menghadapi sanksi tambahan jika tidak menghentikan program nuklirnya. "Pertemuan akhir pekan yang diikuti Iran tidak menghasilkan isu yang menggembirakan tentang program nuklir Iran, sehingga risiko geopolitik meningkat," kata analis Commonwealth Bank of Australia, David Moore. Pusat Studi Energi Global (CGES), dalam laporan bulanan pasar minyak terakhirnya, menyerukan OPEC untuk menjual "heavy sour crude" -- yang lebih mahal untuk penyulingannya daripada minyak mentah "light sweet" -- dengan diskon terbesar. Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC), yang menolak meningkatkan produksi minyaknya, tampak sedang mencari pembatasan kenaikan harga minyak mentah, kata CGES. "Penurunan tajam harga minyak baru-baru ini tampaknya memberikan kesan bahwa harga minyak terbatas pada 150 dolar AS per barrel. Jika tidak, kami dapat perkirakan harga minyak melonjak lagi hingga kenaikan tinggi mereka cukup mendorong dunia masuk ke dalam sebuah resesi," kata konsultan yang berbasis di London tersebut. Harga minyak telah mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada awal bulan ini, didorong oleh melemahnya dolar AS dan ketegangan terhadap Iran.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008