Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Jusman Syafe`i Jamal, di Jakarta, Minggu, mengungkapkan, hingga kini masih ada ratusan penumpang korban tenggelamnya KM Teratai Prima yang dalam pencarian.

"KM Teratai Prima mengangkut sekitar 250 penumpang dan 18 ton barang. Dari 250 penumpang tersebut, kemungkinan besar masih dalam pencarian," katanya kepada ANTARA.

Menteri Perhubungan (Menhub) juga menjelaskan, tenggelamnya KM Teratai Prima disebabkan oleh ombak tinggi, di perairan Majene, Sulawesi Selatan.

Dari laporan yang diterimanya, ratusan penumpang hingga kini masih dalam pencarian, selebihnya, yakni belasan orang sudah berhasil diselamatkan dan sementara dievakuasi.

Untuk mencari dan mengevakuasi korban tenggelamnya KM Teratai Prima, menurutnya, pihak Departemen Perhubungan (Dephub) sudah mengirimkan tim yang dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Perla), Sunarya.

"Kami bekerjasama dengan TNI Angkatan Laut (AL) serta Tim SAR dari Universitas Hasanuddin (Unhas) serta elemen masyarakat setempat," ungkapnya lagi.


Dihisap Arus

Sementara itu, Dirjen Perla, Sunarya yang dihubungi terpisah, mengatakan kepada ANTARA, dari sekitar 200 penumpang, sudah berhasil diselamatkan 18 orang, dan kini telah dievakuasi ke Pare-pare.

"Sementara sisanya yakni sekitar 182 orang masih dalam pencarian Tim SAR," katanya menambahkan.

Sunarya juga mengungkapkan, berdasarkan hasil investigasi sementara dan keterangan dari penumpang yang selamat, kapal dengan berat 700 ton itu berangkat sekitar pukul 19.00 Waktu Indonesia bahagian Tengah (Wita) dari pelabuhan Pare-pare, Sulawesi Selatan (Sulsel), menuju Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).

Saat kapal berangkat, lanjutnya, cuaca dalam kondisi bagus. Bahkan, sekitar pukul 02.00 dinihari, Nakhoda KM `Teratai Prima` masih mengadakan kontak dengan pemilik kapal.

"Namun, dalam waktu yang tidak lama, tiba-tiba angin puting beliung datang menghantam kapal dengan sangat hebat, sehingga mengakibatkan kapal terbalik dan tenggelam. Ada kemungkinan juga kapal tertarik atau terhisap arus ke dalam, karena kami tidak dapat mendeteksi sinyal apa pun dari kapal setelah dihantam angin puting beliung," jelasnya.

Dia menambahkan, kapal dalam kondisi laik laut dan jumlah penumpang tidak melebihi kapasitas dari yang ditetapkan.

Untuk memudahkan koordinasi pencarian dan evakuasi, demikian Sunarya, Dephub sudah membuka dua Posko, yakni di Pare-pare dan Majene.

Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Iskandar Sitompul, mengatakan, pihaknya telah mengerahkan satu KRI dari Gugus Pengamanan ALKI serta 20 personal dari Marinir lengkap dengan peralatan dan perahu karet untuk membantu mencari dan mengevakuasi para korban.

"Namun, tim masih kesulitan untuk melakukan pencarian karena tinggi gelombang yang masih relatif tinggi sekitar tiga sampai empat meter," katanya.

Iskandar Sitompul menambahkan, untuk memudahkan pencarian dan evakuasi, TNI AL akan membuka Posko di Pos Angkatan Laut (Posal) di Pare-pare.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009