Jakarta (ANTARA) - Seorang pengamat penerbangan menilai, Indonesia makin dipermalukan di mata internasional, menyusul belum dicabutnya pelarangan terbang oleh Uni Eropa (UE) terhadap seluruh perusahaan penerbangan Indonesia. "Indonesia jelas dipermalukan. Ini kemunduran dan pendapat internasional, Indonesia tak lebih dan dikelompokkan dengan negara-negara gurem yang praktik keselamatan penerbangannya sangat parah," kata pengamat penerbangan, Bachrul Hakim saat dihubungi di Jakarta, Kamis malam. Penegasan tersebut terkait dengan berlanjutnya pelarangan terbang UE atas seluruh perusahaan penerbangan Indonesia ke langit Eropa. Pelarangan terbang ini sudah berlangsung sejak Juli 2007. Menurut dia, pelarangan terbang UE berlanjut karena sikap Indonesia yang dipresentasikan oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal tidak tegas. "Padahal, demi kedaulatan Indonesia, mestinya hanya dua cara yakni kompromi atau sebaliknya. Jangan menilai keinginan EU ke arah politis, sementara untuk mengambil keputusan politik, juga tidak berani. Jadi, tidak jelas," katanya. Prinsipnya sekarang, apakah Indonesia menilai Eropa penting, minimal dari aspek penerbangan? Jika jawabannya iya, maka, lanjutnya, seharusnya Indonesia menuruti apa kemauan Eropa. "Jika tidak, ya harus melawan, misalnya melakukan kebijakan serupa dengan mereka, biar mereka juga menghitung kita," katanya. Jika Indonesia tetap tidak bersikap, tambah Bachrul, maka pencabutan larangan terbang UE akan berlanjut. "Coba contoh Pakistan yang menuruti apa kemauan Eropa, maka dalam waktu enam bulan, sudah keluar dari black list," katanya. Sinyal berlanjutnya pelarangan terbang UE, sebelumnya, banyak diramalkan pihak terkait di Indonesia memang akan berlanjut karena pemerintah tidak bergerak untuk memenuhi keinginan UE. "Ada perbedaan persepsi yang sangat jomplang(menyolok, red) . Eropa menilai aspek safety penerbangan belum 100 persen, sedangkan Indonesia sudah merasa maksimal," kata petinggi maskapai carter yang enggan disebutkan identitasnya. Tidak hanya itu, pesan singkat yang menyatakan pelarangan terbang berlanjut, sudah banyak beredar di kalangan wartawan Departemen Perhubungan yang bersumber dari praktisi dan pengamat dalam negeri yang juga mengaku punya sahabat di petinggi UE dan membocorkan terlebih dulu ke mereka.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008