Singapura, (ANTARA News)- Harga minyak sedikit mengalami perubahan, naik di atas 125 dolar AS per barel Jumat setelah selama dua hari mengalami penurunan tajam, tetapi analis mengatakan berkurangnya kekhawatiran tentang menurunnya permintaan kemungkinan akan mendorong harga minyak sebelum akhir pekan. Kekhawatiran bahwa harga akan naik dan melemahnya ekonomi Amerika Serikat telah mengganggu permintaan dan mendorong harga merosot lebih dari 20 dolar sejak harga mencapai puncak 147 dolar per barel awal bulan ini, tetapi perdagangan tehnis dan `short-covering bounce` telah membantu harga pada Kamis. Minyak mentah AS jenis light sweet untuk pengiriman September turun 7 sen diperdagangkan pada kisaran 125,42 dolar per barel pada pukul 0114 GMT setelah menguat 1,05 dolar per barel sehari sebelumnya, pemulihan dari penurunan selama tujuh pekan, demikian diwartakan AFP dan Reuters. Untuk jenis minyak mentah Laut Utara Brent mengalami kenaikan tiga sen menjadi 126,47 dolar per barel pada waktu yanag sama. Sementara harga minyak sedikit "rebound" pada Kamis waktu setempat, atau Jumat pagi WIB, setelah dua hari turun tajam karena pasar tertekan dampak dari melambatnya pertumbuhan permintaan energi global. Harga minyak berjangka telah mengalami penurunan pada Rabu, sebesar empat dolar AS per barrel setelah adanya laporan bahwa cadangan bensin AS meningkat lebih besar dari yang diperkirakan, mengindikasikan melemahnya permintaan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia. Analis pada MF Global, Fitzpatrick mengatakan bahwa harga telah turun ke kisaran terendah dalam enam pekan dalam satu setengah pekan lalu. "Jelas, ini adalah sebuah pengakuan para pelaku pasar bahwa meluasnya ekonomi yang memburuk telah berdampak terhadap permintaan energi," katanya. Harga minyak mentah mencetak serangkaian rekor tertinggi awal tahun ini, terutama karena ketegangan politik di negara-negara produsen minyak seperti Iran, yang menolak permintaan negara-negara kuat untuk menghentikan program nuklirnya. Tetapi, harga minyak turun kembali sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barrel pada 11 Juli. Analis dari For Alaron Trading, Phil Flynn, menyatakan pasar "bearsih" akan terjadi setelah bulan-bulan di mana harga stabil. Para analis mengatakan laporan cadangan energi AS pekan terakhir telah memperbaharui kekhawatiran terhadap permintaan. Pusat Informasi Energi AS (The US Energy Information Administration/EIA) mengatakan bahwa stok bensinnya telah meningkat 2,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 18 Juli, melampaui perkiraan para analis hanya naik 200.000 barrel. Konsumsi bensin AS turun 2,4 persen dibanding setahun lalu, menurut EIA, mengindikasikan tingginya harga telah menurunkan permintaan, meski di tengah liburan musim panas di mana banyak warga AS melakukan perjalanan dengan mobil. (*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008