Jakarta (ANTARA News) - Mantan Mensesneg Ysuril Ihza Mahendra menyatakan Pemilu 2009 adalah momentum bagi dirinya untuk meraih posisi presiden setelah beberapa tahun memberikan peluang itu kepada orang lain. "Saya sudah pernah mendapat kesempatan, tetapi karena adanya kompromi maka dipilih Mega/Hamzah Haz. Kali ini momentum itu akan saya manfaatkan," katanya di Gedung DPR/MPR Jakarta, Jumat. Dia mengakui, ketika menyampaikan kesiapan sebagai calon presiden, ada pihak yang mengkritik atau mengolok-olok karena Partai Bulan Bintang (PBB) belum menjadi partai besar. PBB telah membuktikan, bahwa partai ini memang kecil tetapi telah mengegolkan pasangan SBY/JK sebagai presiden dan wakil presiden. "SBY menang karena didukung PBB. Partai kami yang pertama kali mencalonkannya bersama Partai Demokrat. Itu bukti, fakta sejarah," katanya. Yusril mengemukakan, walaupun PBB disepelekan dan diolok-olok sebagai partai kecil yang terlalu ambusius, dalam pilkada partai ini berhasil mengegolkan empat gubernur, termasuk gubernur Sumatera Utara dan Bangka Belitung (Babel). Karena itu, untuk tingkat nasional, Yusril menyatakan tidak terlalu pesimistis dengan peluangnya pada Pemilu 2009. "Pemilih akan semakin rasional," katanya dan menambahkan pernah memperoleh peluang untuk menjadi presiden, yaitu dalam pemilihan presiden dan wakil presiden oleh MPR tahun 2001 yang mengantarkan Megawati/Hamzah Haz sebagai presidcen dan wakil presiden. Tetapi dia mengakui ada upaya menjegal pencalonannya melalui pasal-pasal dalam UU tentang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang sedang dibahas di DPR. "Saya ingin kompetisi capres dilakukan secara sehat. Satu kali sudah cukup," katanya. Dia mengemukakan, hanya ingin menjadi presiden satu periode. Yusril mengemukakan, usianya memang sudah di atas 50 tahun tetapi semangatnya masih seperti matahari di siang hari. Yusril menyadari, semakin tua seorang pemimpin, maka akan semakin konservatif dan semakin takut perubahan. Karena itu, dia hanya ingin satu kali periode. Yusril yang mantan Menhum dan Perundang-undangan itu pernah maju sebagai capres dalam pemilihan di MPR tahun 2001. "Mudah-mudahan orang masih ingat sejarah itu," katanya. Yusril dikenal sebagai tokoh yang dekat Pak Harto, tetapi dia yang menyarankan agar Pak Harto tidak mencalonkan diri pada Pemilu 1997. Tetapi tokoh lainnya, seperti Harmoko meminta Pak Harto tetap mencalonkan diri. Pak Harto mundur pada 21 Mei 1998 setelah terjadi kerusuhan. Yusril tercatat sebagai penulis lebih dari 82 pidato Pak Harto, 188 pidato Presiden Habibie dan 128 pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008