Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sore, menguat, namun masih di atas angka Rp9.100 per dolar AS, karena pelaku pasar mengurangi aksi beli terhadap rupiah, sehubungan mereka menunggu data indikator ekonomi AS yang diperkirakan membaik. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp9.115/9.117 per dolar AS dibanding penutupan sebelumnya Rp9.136/9.137 atau menguat 21 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, mengatakan, rupiah agak sulit untuk bisa mencapai angka Rp9.100 per dolar AS, meski peluang untuk arah ke sana cukup besar, namun perlu waktu bisa mencapainya. "Kami optimis pasar akan tetap memberikan dukungan, sehingga nilai tukar rupiah itu bisa mencapai angka tersebut," sekalipun muncul hambatan untuk menuju ke sana, katanya. Rupiah pada pagi hari sempat mencapai angka Rp9.105 per dolar AS atau naik 31 poin, bahkan pada sore nanti diperkirakan akan bisa menembus level tersebut (Rp9.100). Namun sentimen positif pasar menjelang penutupan pasar terhadap rupiah mulai berkurang menjelang keluar data indikator ekonomi AS seperti tingkat pengangguran. "Para pelaku pasar mengalihkan perhatian terhadap pergerakan kedua mata uang dan mereka memfokuskan perhatiannya pada indikator-indikator ekonomi AS lainnya," katanya. Kenaikan rupiah, lanjut dia, juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tetap tumbuh di atas enam persen dengan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi raksasa Asia seperti China dan India. Peluang ekonomi Indonesia untuk tumbuh di atas angka 6 persen juga masih besar dengan masuknya investor asing seperti China, Australia dan Kawasan Timur Tengah yang mulai aktif melirik investasi di dalam negeri, ucapnya. Karena itu pelaku pasar lebih cenderung membeli rupiah ketimbang dolar AS, ujarnya. Apalagi, Indonesia dinilai merupakan pasar potensial yang memberikan gain lebih besar seperti selisih tingkat suku bunga rupiah terhadap dolar AS yang tinggi menarik investor itu lebih aktif bermain di instrumen Bank Indonesia (BI). Investor asing bahkan aktif membeli Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan di luar negeri yang menunjukkan mereka percaya dengan kondisi ekonomi Indonesia yang tumbuh dengan baik, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008