Islamabad (ANTARA News) - Pakistan Jumat dengan marah membantah laporan bahwa AS sudah menuduh badan mata-mata penting Islamabad telah membantu merencanakan pemboman mematikan di kedutaan besar India di Kabul bulan lalu. Laporan New York Times itu tiba di tengah pertanda yang meningkat mengenai perselisihan antara Washington dan Antar-Jasa Intelijen (ISI) Pakistan yang dapat mempengaruhi upaya untuk memecahkan persoalan Taliban dan al Qaida. Dengan mengutip pejabat yang tak disebutkan namanya, Times mengatakan komunikasi yang dicegat telah memberikan bukti jelas bahwa ISI terlibat dalam serangan bunuh diri 7 Juli di misi India itu, yang menewaskan sekitar 60 orang. "Itu omong kosong. Kami menolak sama sekali itu (tuduhan)," jurubicara kementerian luar negeri Mohammad Sadiq mengatakan. "Ini tuduhan tak berdasar yang New York Times terus putar kembali dengan menggunakan sumber yang tak disebutkan namanya. Cerita ini selalu mati setelah itu karena tidak ada bukti," kata Sadiq, yang berbicara dari pertemuan puncak regional di Sri Lanka. India dan Afghanistan telah menuduh badan mata-mata bayangan Pakistan, yang mendukung rezim Taliban 1996-2001, mendalangi pemboman kedubes itu. Di tengah ketegangan yang meningkat, perdana menteri India dan Pakistan merencanakan untuk bertemu di pertemuan puncak enam negara Perhimpunan Asia Selatan untuk Kerjasama Regional (SAARC) yang akan dibuka Sabtu. Times dan Wall Street Journal melaporkan bahwa para pejabat AS yakin serangan kedubes itu dilakukan oleh pasukan yang setia pada militan Afghanistan Jalaluddin Haqqani, yang punya hubungan dengan al Qaida dan bermarkas di daerah suku Pakistan. "India yakin sekali itu benar, dan mereka benar," seorang pejabat AS yang tak disebutkan namanya mengatakan pada Wall Street Journal. Times mengatakan pencegatan telah memberi "bukti paling jelas hingga kini bahwa pejabat intelijen Pakistan dengan aktif mengganggu upaya AS untuk memerangi militan di wilayah itu". Beberapa pejabat juga mengatakan pada surat kabar itu bahwa ISI telah memberi militan di daerah suku tersebut informasi mengenai upaya militer AS, membantu mereka menghindari serangan rudal, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008