Sukabumi (ANTARA News) - Indonesia dan Malaysia akan mengkaji skema penentuan harga minyak sawit mentah (CPO) untuk mencegah fluktuasi harga komoditi ekspor andalan dua negara tersebut. "Kita sedang kaji lagi berapa level yang pantas untuk harga CPO dan dijaga supaya tidak berfluktuasi karena itu akan merugikan kita," kata Menteri Pertanian Anton Apriantono, di sela kunjungan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditas Malaysia ke Kebun Induk Jarak Pagar di Pakuwon, Sukabumi, Senin. Menurut Anton, kedua belah pihak akan berkolaborasi untuk mengkaji rumusan harga yang pantas bagi produk ekspor unggulan Indonesia dan Malaysia itu. "Kita akan bekerja sama untuk menentukan tingkat harga yang pas," ujar Mentan. Hal itu merupakan kelanjutan hasil kesepakatan sebelumnya dengan pemerintah Malaysia dalam menjaga kestabilan harga ekspor CPO beberapa waktu lalu. Dalam kesepakatan itu, dua negara berkomitmen untuk meningkatkan konsumsi CPO untuk biodiesel maksimum enam juta ton per tahun jika harga ekspor mengalami penurunan. "Ini dengan maksud untuk menjaga agar suplai tidak berlebihan di pasar sehingga harga tidak jatuh. Kita akan aktifkan pabrik biodiesel di Malaysia dan Indonesia sehingga tercipta keseimbangan suplai dan demand (permintaan)," jelasnya. Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditas Malaysia, Datuk Peter Chin Fah Kui menilai turunnya harga CPO di pasar dunia menjadi 871 dolar AS per ton sangat mengkhawatirkan. "Harga CPO turun sampai 871 dolar AS per ton, `it is a big fall` (Ini penurunan yang besar). Bagaimana kita bisa menghentikan penurunannya agar tidak merugikan kita?," ujarnya. Pengalihan enam juta ton CPO untuk biodiesel, menurut dia, tidak akan mempengaruhi pasokan minyak goreng di dalam negeri masing-masing mengingat dua negara memproduksi sekitar 85 persen dari total CPO dunia. Produksi CPO Malaysia yang sekitar 16 juta ton per tahun sedangkan Indonesia sekitar 18 juta ton per tahun. "Kalau kita gunakan berapapun kelebihan stok CPO yang ada pada kita untuk biodiesel, maka kita tidak perlu lagi impor BBM,"katanya. Saat ini, Malaysia memiliki kapasitas produksi biodiesel sebesar 1,5 juta ton namun produksinya baru mencapai 100 ribu ton per tahun karena permintaan CPO jauh lebih banyak. Anjloknya harga CPO internasional yang sempat menembus 1.200 dolar AS per ton, menurut dia, dapat dijadikan sinyal bagi produsen untuk meningkatkan produksi biodieselnya. Oleh karena itu, Indonesia dan Malaysia bersepakat untuk meningkatkan penggunaan biodiesel di dalam negeri masing-masing. "Kami ingin tahu bagaimana Indonesia menerapkan penggunaan biodiesel terutama di wilayah DKI Jakarta. Besok (Selasa 6/8) kami akan ke Kantor Menteri ESDM untuk bicara soal penerapan biodiesel sektor transportasi," ungkapnya. Di Malaysia, lanjut dia, telah dibuat aturan penggunaan bahan bakar termasuk biodiesel. Namun, hal itu blm dilaksanakan karena ada masalah terkait harga bahan baku sawit dan kita coba atasi masalah itu," jelasnya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008