Jakarta (ANTARA News) - PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) akhirnya memilih opsi untuk merumahkan 1.500 karyawannya, ketimbang menambah armada. "Rencananya kesana. Dulu, pernah coba ekspansi pesawat dan menyedot likuiditas hingga Rp600 miliar tapi hasilnya merah," kata Direktur Keuangan, Merpati Roby Eduardo Quento, saat dihubungi di Jakarta, Selasa. Penegasan tersebut terkait rencana pemerintah yang akan menambah lagi PMN (penyertaan monal negara) ke BUMN Penerbangan itu senilai Rp350 miliar tahun ini. Dari jumlah sebesar itu, sekitar Rp200 miliar untuk rasionalisasi karyawan. Menurut dia, pihaknya belum menerima penjelasan resmi dari pemerintah terkait dengan rencana suntikan lagi dana pemerintah itu. Roby melanjutkan, program rasionalisasi karyawan adalah salah satu opsi penyehatan perusahaan. Program itu pun tujuannya satu yakni penyehatan perusahaan. Karyawan Merpati sebanyak 2590 orang dinilai berlebih untuk operasi penerbangan dengan 22 unit pesawat saat ini. Kemudian, untuk mengejar rasio yang ideal, lanjutnya, karyawan yang akan dirumahkan bisa mencapai sekitar 1500 orang. "Tapi prosesnya masih panjang, masih dibahas dan belum juga negosiasi dengan karyawan," katanya. Dia juga menambahkan, jika dana rasionalisasi karyawan sebesar Rp200 miliar, maka hal itu sudah sesuai dengan asumsi perjanjian kerja bersama (PKB) antara manajemen dan karyawan. Sebelumnya, Ketua Solidaritas Pegawai Merpati, I Wayan Suarna, mempertanyakan rencana rasionalisasi karyawan itu. Menurutnya, dana rasionalisasi lebih produktif digunakan untuk penambahan pesawat sehingga pendapatan meningkat dan rasio menjadi seimbang. Namun, Roby menambahkan, rencana restrukturisasi Merpati akan dikebut dalam tahun ini. "Harus-harus sebab kondisi Merpati saat ini masih kritis. Kerugian kami per bulan masih Rp20," ungkapnya. Rencana pindah kantor ke Makasar, tegasnya, juga tetap akan dijalankan dan diperkirakan hanya perlu Rp15 miliar.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008