Takalar, Sulsel, (ANTARA News) - Maskapai penerbangan nasional PT Merpati Nusantara diarahkan untuk mengubah strategi bisnisnya dari mengoperasikan pesawat berbadan besar ke pesawat berbadan kecil jenis baling-baling dan jet kerja sama operasi (KSO). Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil di sela-sela peninjauan ke Pabrik Gula PTPN XIV bersama Wapres Jusuf Kalla di Kabupaten Takalar, Sulsel, Sabtu, mengatakan, Merpati merugi karena tak bisa bersaing dengan maskapai lain di jalur komersil yang "memotong leher" seperti Jakarta-Medan atau Jakarta-Surabaya. "Kalau Merpati mengoperasikan pesawat baling-baling atau jet KSO kami harap bisa langsung positif `cashflow`-nya. Selama ini semua pesawat baling-baling untung. Kebetulan kami memang butuh perkuat terus armada yang `fixed wing`, baling-baling," katanya. Menteri mengatakan, pada awalnya Merpati didirikan memang sebagai maskapai perintis, karena itu sudah wajar jika Merpati kembali mengoperasikan pesawat berbadan kecil yang rencananya sebanyak 50 unit. Menurut dia, di Jawa pun banyak pasar untuk pesawat baling-baling misalnya Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi sedangkan di Sumatera ada Medan-Meulaboh, Medan-Gunung Sitoli yang semua menguntungkan. "Kalau dari Jakarta ke Medan terbang 1,5 jam cuma Rp400 ribu, itu 1,5 jam terbang mereka bisa Rp800 ribu. Tetapi di tempat itu memang tak bisa menerbangkan pesawat besar karena bandaranya terbatas," katanya. Dengan perubahan strategi bisnis itu dan restrukturisasi serta PHK dengan pesangon (golden shakehand) bagi 1.300 karyawan, Sofyan optimistis Merpati bisa kembali "terbang tinggi". Ia berharap, hanya dalam dua bulan mendatang "cashflow" Merpati sudah bisa positif sehingga pada Oktober-November 2008 akan "hijau" alias lancar. Sedangkan mengenai pelunasan utang Merpati masih tergantung bagaimana bentuk negosiasi yang akan dilakukan, katanya. Soal pesawat Merpati, ia mengatakan, akan dikembalikan saja ke sumbernya karena pesawat-pesawat Merpati merupakan pesawat "leasing" (sewa). Menteri menyatakan persoalan yang membelit Merpati sudah lama tetapi "ditaruh di bawah karpet" sehingga utangnya sampai mencapai Rp1,4 triliun pada Mei lalu. Untuk menyuntik modal baru, menurut dia, sekarang ini tidak mungkin berhubung setiap bulan Merpati merugi sekitar Rp22 miliar, artinya jika tidak langsung ditangani maka pemerintah akan terus "nombok". "Sebenarnya mereka tahun 2002 sudah minta modal negara dan baru dapat 2007 setelah 38 kali rapat dapat Rp450 miliar, namun karena sudah sekian tahun bermasalah, begitu dapat ya habis saja, seperti buang uang ke laut, karena itu kali ini harus selesai. Insya Allah," katanya. Ia juga mengatakan proses "golden shakehand" dengan dana Rp223 miliar akan selesai dalam sebulan atau sekitar Agustus-September.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008