Singapura (ANTARA News) - Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di perdagangan Asia, Selasa, sehubungan para investor memfokuskan perhatian mereka pada kian berkurangnya permintaan energi global, tetapi konflik antara Rusia dan Georgia menyebabkan naiknya harga minyak, para dealer menyatakan. Kontrak utama New York, jenis light sweet untuk pengiriman September turun 54 sen menjadi 113,91 dolar per barel, penurunan yang berlanjut dalam perdagangan AS pada Senin. Minyak mentah Laut Utara Brent turun 57 sen menjadi 112,10 dolar per barel, setelah penurunan di perdagangan London pada Senin. "Kekhawatiran utama adalah ekonomi dan menurunnya secara tajam permintaan," kata Tony Nunan, manajer risiko energi pada Mitsubishi Corp di Tokyo, kepada AFP. "Tampaknya melemahnya ekonomi AS saat ini meluas ke Eropa dan Asia dan saya pikir itu merupakan kekhawatiran utama." Kekhawatiran resesi di zona Eropa semakin bertambah, Senin, setelah data resmi menunjukkan penurunan tajam dalam produksi industri Perancis pada Juni. Para analis mengatakan bahwa angka-angka tersebut suatu pertanda ekonomi terbesar ke dua blok tersebut mungkin sebaliknya dalam kuartal ke dua. Jerman, ekonomi terbesar dalam blok 15 negara tersebut, mengalami serangkaian indikator ekonomi yang mengecewakan. Negara ini akan mengumumkan data pertumbuhan kuartal keduanya pada Kamis. Pasar terutam fokus pada berita bahwa impor minyak ke China, importir minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, turun 7,0 persen pada Juli, penurunan tertajam sejak Desember. Harga minyak juga turun karena dolar AS menguat, yang membuat komoditi yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal untuk para pembeli yang memegang mata uang lemah. Di pasar uang, euro berada pada posisi 1,48 dolar AS pada Senin, turun dari 1,50 dolar AS pada Jumat. Sementara, kebakaran pada saluran pipa BTC di timur Turki, yang dipicu sebuah ledakan pekan lalu, mulai reda Senin, kata kantor berita Anatolia. Pemberontak sparatis Kurdi mengklaim bertanggung jawab atas ledakan pipa saluran minyak di Provinsi Erzincan tersebut pada 5 Agustus lalu, yang mengakibatkan kegelisahan baru di pasar minyak dunia. Selain itu kekhawatiran pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di Jepang di mana juga menyumbang terhadap penekanan harga, kata Nunan. Kekhawatiran gangguan pasokan telah mendorong harga minyak mentah dunia mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli, namun harga minyak telah melemah signifikan dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi global. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008