Beijing (ANTARA News) - Atlet Jamaika sangat khawatir terhadap banyaknya tes doping yang sangat tidak biasa sejak kedatangan mereka di Beijing, China, untuk bertanding di Olimpiade 2008. Perlakuan itu berpotensi mengganggu penampilan mereka, kata Ketua Kontingen Jamaika, Don Anderson, yang dikutip Reuters, Rabu. Lebih dari 32 tes darah dan air seni dilakukan terhadap atlet Jamaika dalam lima hari belakangan ini membuat khawatir tim ofisial. "Kami khawatir perlakuan ini bisa membawa efek serius bagi atlet," ujarnya. Ia menimpali, "Kami merasa terdapat daftar panjang sekali mengenai tes dan kami menemukan ini sangat tidak biasa." Mantan pemegang rekor dunia lari 100 meter Asafa Powell mengeluhkan tentang petugas tes darah yang sering kali memanggil mereka dan mengambil darah begitu banyak, yang bisa berimbas terhadap penampilannya. Ia mengatakan rekan setimnya Michael Frater dan Usain Bolt, pemegang rekor dunia lari 100 meter, juga merasa berada di bawah pemeriksaan yang ketat oleh petugas tes darah. "Terdapat pemeriksaan darah yang keterlaluan," kata Anderson. "Ini menjadi keprihatinan utama bagi kami dan mereka (petugas tes darah) mengambil darah begitu banyak," katanya. Beberapa atlet Jamaika dites darah mereka sebanyak tiga kali dalam tujuh hari belakangan ini, kata Anderson. "Ini bukan protes, tapi kami hanya ingin mengatakan bahwa tindakan itu agaknya tidak lazim," kataya. Komite Olimpiade Dunia (IOC) telah meningkatkan jumlah tes doping selama Olimpiade Beijng menjadi 4.500, sebelumnya di Olimpiade Athena empat tahun lalu sebanyak 3.500. Jurubicara IOC Giselle Davies mengatakan organisasi itu tidak menerima setiap keluhan. "Kami mempunyai program doping yang sangat komprehensif," kata Davies kepada wartawan. IOC mendesak federasi-federasi internasional melakukan tes secara ekstensif dalam upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadi kecurangan penggunaan obat di Olimpiade Beijing. Sejauh ini dari tes doping, baru satu atlet, pembalap sepeda Spanyol, Maribel Moreno, yang terbukti positif menggunakan obat. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008