Jakarta, 13/08/08 (ANTARA) - Memasuki bulan Agustus 2008 ini, optimisme terhadap perkembangan ekonomi selama tahun 2008 semakin lebih besar dibandingkan pada Semester I 2008 lalu. Optimisme ini dilandasi oleh berbagai indikator ekonomi yang terjadi pada bulan Juli lalu hingga awal Agustus ini yang secara umum menunjukkan perkembangan yang positif. Hasil dari pemantauan dini yang setiap bulan dilakukan oleh Departemen Keuangan menunjukkan bahwa berbagai indikator ekonomi antara lain pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, suku bunga, harga minyak mentah ICP (Indonesia Crude Oil Price), lifting minyak, konsumsi BBM, dan konsumsi LPG menunjukkan kecenderungan yang positif. Hanya saja satu hal yang patut untuk mendapatkan perhatian adalah tingginya laju inflasi, walaupun kondisi yang sama juga terjadi di negara lain. Salah satu yang mendorong munculnya optimisme tersebut adalah masalah perkembangan harga minyak mentah yang menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Meskipun belum dapat dipastikan bahwa situasi penurunan harga minyak mentah dunia ini akan terus berlanjut, setidaknya kondisi ini telah mengurangi tekanan terhadap APBN akibat tingginya harga minyak mentah dunia. Dengan mengasumsikan di sisa waktu 5 bulan harga minyak berada pada kisaran US$ 120, diperkirakan harga ICP selama tahun 2008 rata-rata akan berada pada level US$115,9 per barel. Selain faktor harga minyak mentah dunia, berbagai indikator ekonomi, baik itu konsumsi, investasi, ekspor impor, serta perkembangan Belanja Negara sebagai faktor-faktor yang membentuk kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2008, seluruhnya menunjukkan perkembangan yang membaik dan meningkat cukup tinggi pada bulan Juli 2008. Indikator investasi, misalnya, mengalami peningkatan yang tinggi hingga Juli 2008 kemarin. Impor barang modal, misalnya, mengalami pertumbuhan hingga 53,5% (y-t-d), penjualan semen sebesar 21,1% (y-t-d), kredit investasi naik hingga 30,7% (y-o-y), kredit modal kerja naik 37% (y-o-y), dan investasi melalui PMA dan PMDN naik sebesar 23,2%(y-t-d). Untuk inflasi, sebagaimana telah diumumkan BPS beberapa waktu yang lalu, laju inflasi kumulatif tahun kalender Januari - Juli 2008 sudah berada di kisaran 8,85%, dengan laju inflasi year on year(y-o-y), mencapai 11,90%. Laju Inflasi ini tergolong tinggi dan diperkirakan pada akhir 2008 inflasi dapat menembus dua digit. Sementara itu, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, meski rata-ratanya masih berada di atas asumsi yang digunakan dalam APBN-P 2008, namun dalam satu bulan terakhir ini nilai tukar cukup stabil di level yang mendekati asumsi APBN-P 2008 sebesar Rp9.100 per USD. Selain perkembangan ekonomi makro yang semakin baik, perkembangan realisasi atas kinerja APBN 2008 juga sangat baik. Dari sisi Penerimaan Perpajakan, hingga 31 Juli 2008 realisasi penerimaan perpajakan telah mencapai Rp357,8 triliun atau sudah mencapai sebesar 58,7% dari target yang ditetapkan APBN-P 2008. Dari pencapaian tersebut, penerimaan perpajakan dari Direktorat Jenderal Pajak telah mencapai 57% dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2008. Sedangkan penerimaan perpajakan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mencapai 68% dari target yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2008. Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan 31 Juli 2008 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 46,4% (y-o-y) dibandingkan realisasi penerimaan perpajakan tahun 2007. Berdasarkan capaian sampai dengan 31 Juli 2008 ini, penerimaan perpajakan hingga akhir Desember 2008 diperkirakan dapat melebihi target yang ditetapkan dalam APBN-P 2008. Dari sisi Belanja Negara, hingga 31 Juli 2008, realisasi daya serap anggaran belanja negara tahun 2008 relatif tidak berbeda dengan pencapaian pada periode yang sama tahun 2007 yaitu sebesar 36,7%, sementara pada periode yang sama tahun 2007 mencapai sebesar 36,6%. Peningkatan realisasi Belanja Negara tersebut utamanya didukung oleh peningkatan realisasi daya serap anggaran Belanja Pusat yang meningkat cukup besar hampir di semua jenis belanja. Hingga 31 Juli 2008, Belanja Pusat telah mencapai 44,5%, atau lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada periode yang sarna 2007 sebesar 39,8% dan periode yang sarna 2006 sebesar 34,6%. Realisasi belanja Kementerian/Lembaga Negara telah mencapai 35,3% dari APBN-P 2008. Sedangkan realisasi Belanja Daerah sampai dengan 31 Juli 2008 ini mencapai 48,5% atau lebih rendah dibandingkan periode yang sarna tahun 2007 yang mencapai sebesar 51%. Rendahnya realisasi Transfer ke Daerah tahun 2008 ini disebabkan karena adanya perubahan mekanisme pencairan DAU. Dari sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan hingga 31 Juli 2008 ini telah mencapai 71% dari outlook yang ditetapkan oleh Pemerintah. Komposisi realisasi pembiayaan tersebut adalah penerbitan SBN gross per 31 Juli 2008 sebesar Rp115 triliun atau sekitar 74% dari rencana (outlook); penjualan asset melalui PPA sebesar Rp0,8 triliun atau sekitar 21 % dari outlook; pinjaman program sebesar Rp3,8 triliun atau sekitar 14,9% dari outlook; privatisasi sebesar Rp0,1 triliun atau sekitar 20% dari outlook; dan Rekening Dana Investasi (RDI) sebesar 3,5 triliun atau atau sekitar 40,7% dari outlook. Berdasarkan berbagai perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum, perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN 2008 sampai dengan 31 Juli 2008 mengalami peningkatan. Perkembangan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan (confidence), yang lebih optimistik untuk menjalani sisa 5 bulan tahun 2008 ini. Khusus pada sektor Belanja K/L memang perlu mendapat perhatian yang lebih, mengingat realisasinya belum mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007 lalu.

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008