Beijing, (ANTARA News) - Posisi Indonesia dalam daftar perolehan medali Olimpiade Beijing, Rabu, turun dari urutan 32 sehari sebelumnya ke urutan 40 setelah gagal menambah perolehan dua medali perunggu mereka dari cabang angkat besi. Cabang angkat besi Indonesia gagal mempertahankan tradisi perak yang sudah berlangsung sejak Olimpiade 2000 Sydney ketika harapan terakhir Sandow Weldemar Nasution hanya mampu menempati peringkat ke-11 dari total 28 lifter pada kelas 77kg. Dengan kegagalan Sandow, maka cabang angkat besi dan juga kontingen Indonesia harus puas dengan dua medali perunggu melalui Eko Yuli Irawan pada kelas 56kg putra dan Triyatno pada kelas 62kg putra. Sementara Lisa Rumbewas yang pernah tampil pada Olimpiade 2000 Sydney dan Athena 2004, di Beijing kali ini hanya menempati peringkat keempat pada kelas 53kg putri. Sandow, juara SEA Games Nakhon Ratchasima 2007 dan merupakan satu-satunya lifter asal Asia Tenggara yang tampil, mencatat angkatan total seberat 347kg, terpaut 19kg dari lifter Sa Jaehyouk asal Korea Selatan yang tampil sebagai juara dengan total angkatan 366kg. Total angkatan Sandow juga lebih buruk dari catatan terbaiknya seberat 350kg. Medali perak diraih oleh lifter tuan rumah Cina Hongli Li dengan angkatan yang juga 366kg, tapi lifter Korea berhak atas medali emas karena mempunyai bobot badan lebih ringan. Perunggu diraih lifter Armenia Gevorg Davtyan. Pelatih angkat besi Lukman mengatakan sejak awal memang tidak menargetkan yang muluk-muluk karena juga menyadari bahwa kekuatan Sandow masih belum cukup untuk bersaing dengan lifter kelas dunia. "Memang dari awal saya hanya menargetkan agar setidaknya Sandow bisa memperbaiki rekornya," kata Lukman yang juga ikut mengantar Lisa Rumbewas meraih perak di Olimpiade 2000 Sydney itu. Namun meskipun gagal menambah medali dari cabang angkat besi, Indonesia masih memiliki harapan untuk menambah medali dari cabang bulutangkis. Tunggal putri Maria Kristin Yulianti dan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan kembali membuka peluang Indonesia dari cabang yang memang diandalkan merebut medali itu. Maria Kristin (23) maju ke semifinal setelah berjuang dalam pertandingan rubber-game untuk meraih kemenangan atas Saina Nehwal dari India 26-28, 21-14, 21-15. Maria yang tertinggal hingga game poin 16-20 pada game pembuka, merebut empat angka beruntun untuk menyamakan kedudukan 20-20. Ia kemudian berhasil menahan lima game poin berikutnya sebelum pengembaliannya yang gagal serta sekali lagi yang jatuh di luar bidang lapangan membawa Saina memenangi game pembuka 28-26. Maria yang maju ke perempatfinal dengan mengalahkan pemain peringkat empat dunia Tine Rasmussen dari Denmark, segera bangkit pada game berikutnya dan memimpin 11-7 saat turun minum. Ia tidak terkejar lagi sehingga merebut game kedua 21-14 sekaligus memaksakan digelarnya game penentuan. Pebulutangkis India peringkat 15 dunia itu kembali memegang kendali 11-3 saat jeda pertandingan game ketiga, sebelum Maria merebut enam poin berturut-turut untuk memperpendek jarak menjadi 9-11. Setelah hanya memberi kesempatan lawannya mencuri satu angka, finalis Indonesia Terbuka Super Series tersebut kembali melaju dengan 10 angka beruntun untuk mengambil alih kendali. Setelah sempat menambah tiga angka, Saina yang pengembaliannya menyangkut di net memberi kemenangan bagi Maria sekaligus satu tempat di semifinal dalam Olimpiade pertamanya. Pada semifinal yang akan digelar Jumat (15/8), Maria akan bertanding melawan juara bertahan Zhang Ning dari Cina yang ia kalahkan dalam perjalanannya menuju final Indonesia Terbuka Juni lalu. "Lolosnya saya ke semifinal bukan merupakan target pribadi dan PBSI, sehingga saya mencoba bermain lepas saja. Tapi dengan lolosnya ke semifinal saya akan mencoba meraih yang terbaik lagi," katanya. Ganda putra Sementara itu ganda putra peringkat satu dunia Markis Kido/Hendra Setiawan memastikan ke semifinal setelah menundukkan pasangan Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong 21-16, 21-18 dalam waktu 34 menit. "Kami bermain lepas, tidak ada beban karena selama ini kalah melulu," ujar Hendra kepada wartawan setelah pertandingan. "Selanjutnya kami semakin percaya diri karena semua lawan sudah pernah dikalahkan," tambahnya. Sementara Markis mengatakan, mereka lebih selektif untuk melakukan smes terhadap pukulan lawan. "Kami tidak langsung menyerang, menunggu bola bagus dulu baru smes," kata pebulutangkis yang 11 Agustus lalu berulang tahun ke-24. Pada semifinal mereka akan melawan pasangan Denmark, juara dunia 2003 Lars Passke/Jonas Rasmussen yang menyisihkan ganda putra Polandia Michal Logosz/Robert Mateusiak 17-21, 21-11, 21-15. Cabang bulutangkis Indonesia juga masih menyisakan tunggal putra Sony Dwi Kuncoro dan dua ganda campuran yaki pasangan Flandy Limpele/Vita Marissa dan Nova Widianto/Liliyana Natsir, yang akan bertanding pada perempatfinal Kamis (14/8). Sony akan menghadapi pemain Malaysia Lee Chong Wei, sedang Flandy/Vita akan menghadapi pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl, dan Nova/Liliyana akan melawan pasangan Thailand Sudket Prapakamol/Saralee Thungthongkam. Chef de Mission Kontingen Indonesia Rosihan Arsyad mengatakan peluang Indonesia untuk menambah medali tetap terbuka meskipun sangat berat mengingat lawan-lawan yang dihadapi memiliki kualitas lebih baik. "Peluang kontingen Indonesia untuk bisa menambah medali masih sangat terbuka, bahkan peluangnya bisa lebih dari 50 persen," katanya. "Di atas kertas memang lawan-lawan yang bakal dihadapi pebulutangkis Indonesia memang sangat berat, tapi kondisi itu bisa saja berubah mengingat segalanya bisa saja terjadi," kata Rosihan. Menurut Rosihan, selain faktor teknis, faktor mental dan psikologi para pemain juga bisa mempengaruhi jalannya permainan dan hal itu diharapkan bisa dioptimalkan oleh para atlet Indonesia. Dalam daftar perolehan medali, tuan rumah Cina masih memimpin perolehan medali Olimpiade dengan 17 emas, lima perak, lima perunggu, diikuti Amerika Serikat dengan 10 emas, delapan perak, 11 perunggu, dan Korea Selatan dengan enam emas, enam perak, dan satu perunggu.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008