Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI, Alvin Lie menilai pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang Rancangan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2009 di hadapan paripurna DPR lebih merupakan kampanye.Ketika menanggapi pidato Presiden di Jakarta, Jumat, anggota Komisi VII DPR itu mengatakan, apa yang disampaikan Presiden hanya dari sisi keberhasilan sedangkan kekurangan dan kelemahan tidak disinggung."Saya melihat pidato presiden lebih ditujukan sebagai pidato kampanye daripada pidato kenegaraan. Semuanya bagus, padahal kita tahu masih banyak masalah yang tertinggal," katanya.Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu mencontohkan beberapa bulan lalu pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) namun dampak kebijakan tersebut tidak diungkapkan oleh Presiden dalam pidatonya. Kemudian masalah listrik, tambahnya, penanganan hanya ditekankan di Jawa-Bali yang mana pertengahan 2009 akan diatasi sementara daerah lain seperti Kalimantan dan Sumatera kondisi listriknya masih memprihatinkan. Sedangkan mengenai penurunan tingkat kemiskinan, lagi-lagi pemilik nama asli Alvin Lie Ling Pao itu menyayangkan data statistik yang digunakan Presiden SBY yang menggunakan indeks tahun 2004. Dalam pidatonya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2008 mencapai 15,4 persen, merupakan angka terendah dalam 10 tahun terakhir. "Angka kemiskinan tahun ini adalah yang terendah baik besaran maupun prosentasenya," kata SBY Menurut Kepala Negara, percepatan pembangunan ekonomi telah memberikan dampak positif baik pada percepatan penurunan tingkat pengangguran terbuka maupun tingkat kemiskinan. Tahun 2006 angka kemiskinan mencapai 17,7 persen, tahun ini (Maret 2008) turun menjadi sekitar 15,4 persen. Tingkat pengangguran terbuka Februari 2006 sebesar 10,5 persen, pada Februari 2008 turun menjadi 8,5 persen. "Pidato presiden ini sangat defensif dan ditujukan untuk menepis tudingan rival-rivalnya," kata Alvin Lie.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008