Peshawar, (ANTARA News) - Sedikitnya 21 militan Islam tewas dalam serangan dengan pasukan keamanan Pakistan di Bajaur, yang dikenal sebagai markas pertahanan al Qaeda dan militan Taliban di perbatasan Afghanistan, kata seorang pejabat pemerintah di sini Selasa. Aksi kekerasan di Pakistan baratdaya ini merupakan ujian terbesar bagi pemerintah koalisi yang dipimpin partai mantan perdana menteri Benazir Bhutto yang dibunuh, khususnya setelah pengunduran diri mantan panglima militer Pervez Musharraf sebagai presiden, Senin. Pertempuran terakhir di Bajaur meletus sekitar 25 kilometer di timur Khar, kota besar di wilayah itu, Senin malam setelah kelompok militan menyerang beberapa pos pemeriksaan keamanan. "Aksi baku-tembak itu berakhir sekitar sembilan jam dan sedikitnya 20 anggota kelompok militan tewas," kata Mohammad Jameel, seorang pejabat senior pemerintah di Bajaur, kepada Reuters melalui telepon. Musharraf mengawasi kebijakan keamanan setelah dia melempar dukungan Pakistan di belakang kampanye anti terorisme yang dipimpin Amerika Serikat. Kepergiannya menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai komitmen pemerintah, bahkan hal itu menjadi prioritas keamanan. AS dan sekutu-sekutu lainnya kini sedang mengamati kembalinya perhatian Islamabad untuk memberi perhatian kepada masalah keamanan dan tekanan ekonomi, yang sekarang menjadi kontroversi berkaitan dengan cara-cara yang ditempuh Musharraf. Pertempuran sengit meletus di Bajaur pada awal bulan ini ketika kelompok militan Taliban Pakistan menyerang satu pos keamanan. Menurut perkiraan pemerintah, sekitar 170 orang telah tewas sementara sekitar 100.000 penduduk desa meninggalkan wilayah itu. Sejak Juli tahun lalu, Pakistan menderita gelombang kekerasan yang dilakukan militan yang menyebabkan ratusan orang tewas, termasuk beberapa anggota pasukan keamanan. Aksi kekerasan meningkat setelah pemerintah koalisi tampil ke kekuasaan pada Maret lalu, dan membuka perundingan-perundingan dengan kelompok militan. Namun ketenangan berakhir dan kelompok militan meningkatkan serangan-serangannya setelah pemimpin terkemuka mereka, Baitullah Mehsud, menghentikan perundingan-perundingan pada Juni lalu, demikian diwartakan Reuters.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008