Wah, Pakistan, (ANTARA News) - Dua pembom bunuh diri beraksi di luar pabrik amunisi senjata penting di Pakistan, Kamis, sehingga menewaskan 64 pekerja. Pelaku menghantam kerumunan pekerja yang akan meninggalkan kompleks pabrik di Wah, dekat Islamabad, itu setelah pergantian jam kerja. Gerakan Taliban menyatakan bertanggungjawab dan mengancam untuk melakukan serangan bunuh diri lagi jika serangan militer terhadap militan dekat perbatasan Afghanistan tidak dihentikan. "Itu serangan besar-besaran," kata kepala polisi setempat Nasir Durrani. "Dua pria tampaknya telah meledakkan diri mereka di luar pabrik itu pada saat pergantian shift. Pembom itu berjalan kaki dan masing-masing meledakkan diri berselang tidak sampai satu menit." Pejabat polisi setempat, Shafiq Ahmed, menyatakan korban tewas sebanyak 64 orang. Sebelumnya pabrik itu dalam satu pernyataan menyebutkan korban 59 orang tewas dan 67 orang terluka. Tubuh gosong dari seorang pria berjenggot, diyakini merupakan salah satu pembom, tergeletak di jalan di luar salah satu pintu pabrik, seorang wartawan melihat. Sebuah kaki putus, sepatu lepas dan beberapa sepeda rusak terpencar-pencar di dekatnya. Puluhan tentara, polisi dan pekerja pertolongan militer dalam jaket biru berdesak-desakan di sekitar tempat itu. PM Yousuf Raza Gilani mengutuk keras serangan itu dan "melakukan upaya guna mengungkap dalang di balik insiden itu", kata kantor berita Associated Press of Pakistan. Seorang jurubicara Tehreek-e-Taliban Pakistan, kelompok payung bagi gerilyawan Taliban di negara itu, mengatakan mereka bertanggungjawab. "Pembom kami melakukan serangan hari ini. Ini jawaban atas operasi militer di Swat dan Bajaur," jurubicara Maulvi Omar mengatakan melalui telpon, menunjuk pada dua wilayah baratlaut tempat tentara memerangi Taliban. "Serangan yang sama akan dilakukan di kota lainnya termasuk Lahore, Islamabad dan Rawalpindi," katanya. Pabrik senjata Pakistan di Wah merupakan setandan dari 20 unit industri yang memproduksi artileri, tenk dan amunisi anti-pesawat bagi pasukan bersenjata Pakistan. Pabrik itu mempekerjakan sekitar 25.000 hingga 30.000 pekerja.Pekerja pabrik Riaz Hussain mengatakan sebagian besar dari korban adalah buruh pabrik yang masuk jam kerja siang. "Saya sedang bekerja di pabrik itu ketika saya mendengar satu ledakan dan kemudian ledakan lainnya. Ledakan itu sangat besar," katanya. "Orang-orang keamanan kemudian dengan segera mengepung tempat itu dan kami tidak diperbolehkan keluar." Ledakan itu terjadi dua hari setelah seorang pembom bunuh duri menyerang sebuah rumah sakit di kota Dera Ismail Khan di Pakistan baratlaut Selasa, yang menewaskan 30 orang. Pasukan Pakistan telah melakukan pertempuran sengit selama hampir dua pekan dengan gerilyawan Taliban di Bajaur, daerah suku yang berbatasan dengan Afghanistan. Pemerintah mengatakan lebih dari 500 militan dan 30 tentara telah tewas. Pemerintah Gilani mendapat tekanan besar-besaran internasional untuk menindak keras militan yang menggunakan tempat perlindungan yang aman di daerah suku yang sulit itu untuk melancarkan serangan terhadap pasukan AS dan NATO di Afghanistan. Namun pemboman seperti serangan Kamis di daerah itu telah menambah kemarahan publik dan tuduhan bahwa Pakistan sendiri menderita karena perannya dalam perang yang banyak orang anggap sebagai "perang Amerika". Pemerintah koalisi juga di ambang keruntuhan setelah anggota pentingnya dan bekas perdana menteri Nawaz Sharif mengancam untuk mundur jika hakim yang dipecat oleh Musharraf tahun lalu tidak dipulihkan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008