Yogyakarta (ANTARA News) - Banyaknya partai politik (parpol) yang memasukkan artis dalam daftar calon anggota legislatif (caleg) dapat menjadi bumerang bagi parpol itu sendiri, serta semakin mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kehidupan dan pembangunan demokrasi. "Pencalonan artis dalam legislator merupakan perwajahan masyarakat Indonesia saat ini yang hanya melihat seseorang dari kepopuleran figur," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Budiyanto di Yogyakarta, Jumat. Menurut dia, apa yang dilakukan sejumlah parpol itu justru bisa menjadi bumerang, karena jika artis yang bersangkutan ternyata kinerjanya buruk dan tidak dapat melaksanakan amanat rakyat, kepercayaan rakyat akan semakin menurun. "Masyarakat akan semakin tidak percaya terhadap parpol dan proses demokratisasi di negeri ini, karena hanya mereka yang populer yang dapat duduk menjadi wakil rakyat, padahal kenyataannya tidak mampu bekerja mengemban amanat rakyat," katanya. Ia mengatakan yang mengkhawatirkan dari tren ini adalah lembaga legislatif akhirnya hanya menjadi ajang `dagelan`, atau tidak lebih hanya sebagai penghibur tanpa bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat banyak. "Selain itu, yang juga mengkhawatirkan adalah untuk proses pendewasaan demokrasi, karena untuk menentukan wakil rakyat tidak mengukur kapasitas dan kredibilitas, tetapi hanya berdasarkan popularitas semata," katanya. Menurut dia, memang tidak bisa dikatakan semua artis tidak memiliki kemampuan dan kredibilitas, namun kenyataannya yang muncul saat ini di lembar daftar caleg dari beberapa parpol adalah artis yang sebelumnya tidak memiliki catatan yang mumpuni dan kapasitasnya teruji. "Banyak artis yang masuk dalam daftar caleg dari sejumlah parpol sebelumnya tidak memiliki kepedulian serta kemampuan dalam berorganisasi dan kegiatan sosial lainnya, sehingga mereka kurang teruji," katanya. Ia menambahkan, masuknya artis dalam daftar caleg hanya akan dimanfaatkan parpol pada saat kampanye pemilu untuk mendongkrak perolehan suara. "Kemudian pada saat terpilih, mereka justru tidak dapat berbuat apa-apa atau berbuat sesuatu yang berarti bagi rakyat," katanya. Akibatnya, kata dia, rakyat semakin tidak percaya terhadap parpol, dan pada akhirnya semakin mengurangi popularitas parpol itu di mata rakyat.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008