Medan, (ANTARA News) - Peneliti berkebangsaan Jerman, Prof. Dr. Uli Kozok melakukan transliterasi atau alih aksara dari tulisan huruf Latin menjadi aksara Batak Toba dalam sistem komputerisasi. Peluncuran program transliterasi itu dilakukan di Universitas Sisingamangaraja XII yang dihadiri Gubernur Sumut H. Syamsul Arifin, para pemerhati, budayawan Batak serta akademisi di Medan, Sabtu. Peneliti aksara Batak dari Universitas Hawaii itu mengatakan, transliterasi itu dilakukan sebagai bentuk perpaduan antara tradisi dan teknologi untuk melestarikan salah satu kekayaan warisan budaya Indonesia. "Program ini dapat dilihat lansung di internet dengan situs www.transtoba2.seige.net dalam tiga bahasa, yakni Indonesia dan dua bahasa asing yakni Inggris dan Jerman secara cuma-cuma," ujarnya. Aksara Batak, menurut dia, bukan merupakan abjad murni (abjad latin, red) melainkan sebuah abugida sehingga tidak dapat digunakan tanpa mengetahui masksud dari aksara itu. Penelitian itu sendiri telah ia lakukan selama 27 tahun lebih dan membandingkan aksara-aksara lain di tanah air seperti aksara Kerinci, Rejang, Lampung, Lebak, Serawai dan Bugis. "Mulanya aksara Batak ini untuk kepentingan saya sendiri sebagai seorang ilmuan dalam menyelesaikan makalah ilmiah. Setelah itu saya memikirkan bagaimana bisa berguna bagi masyarakat dunia karena sebagaian besar aksara Batak ada di luar Indonesia," jelas dia. Sementara itu, Ketua Yayasan Sisingamangaraja XII, GM Panggabean, berharap generasi muda suku Batak bisa mempelajari aksara Batak sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa. "Budaya itu menunjukkan jati diri kita, kalau kita kaya hebat tapi memakai budaya asing buat apa. Kita boleh menyerap teknologi, ilmu pengetahuan modern, tapi kita tidak boleh lupa siapa diri kita dan dari mana asal kita," ujarnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008