Canberra (ANTARA News) - Atase Perdagangan RI di KBRI Canberra, Retno Kusumo Astuti mengatakan, wakil Indonesia dan Australia yang terlibat dalam studi kelayakan mengenai perjanjian perdagangan bebas (FTA) kedua negara menunggu hasil Pertemuan Singapura kendati kedua belah pihak sudah bertemu dua kali. "Pertemuan pertama berlangsung di Jakarta Desember 2007 dan yang kedua di Canberra April lalu. Rencananya presentasi tentang `economic modeling` (pemodelan ekonomi)-nya dilakukan Agustus ini tapi Australia sebelumnya mengindikasikan pentingnya pertemuan Singapura," kata Retno di Canberra, Selasa. Pertemuan Singapura adalah perundingan tingkat menteri membahas pakta perdagangan bebas ASEAN (Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara), Australia dan Selandia Baru atau disingkat dengan AANZFTA. "Dalam hal ini, Australia sudah mengusulkan agar semua pihak menyelesaikan komitmen AANZFTA," kata Retno. Pada Mei 2008, Menteri Perdagangan Australia Simon Crean telah mengisyaratkan harapan Australia agar pertemuan tingkat menteri AANZFTA di Singapura segera tuntas dengan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan. Sementara itu, Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu TM Hamzah Thayeb menyatakan, studi kelayakan tentang FTA adalah salah satu isi kesepakatan kedua pemerintahan pada pertemuan dua kepala negara di Nusa Dua Bali pada Juli 2007. Saat itu kedua pemerintah sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral di bidang perekonomian terutama pada bidang perdagangan dan investasi lewat FTA yang akan didahului sebuah studi kelayakan. Hamzah mengharapkan studi kelayakan ini rampung pertengahan 2008 sehingga proses negosiasi bisa segera dimulai. Sementara Simon Crean berharap FTA memperkuat komitmen Australia untuk bekerjasama dalam kerangka hubungan dengan sebanyak mungkin negara (multilateralisme). "Kami benar-benar melihat peran bagi tercapainya perjanjian-perjanjian bilateral dan regional tetapi semua itu harus konsisten dengan tujuan-tujuan multilateral kami (Australia)," katanya. Selama tahun 2006, nilai perdagangan Indonesia-Australia telah mencapai 10,4 miliar dolar AS. Pada periode itu, ekspor Indonesia ke Australia naik 24,2 persen menjadi senilai 4,5 miliar dolar Australia. Produk ekspor utama Indonesia ke Australia adalah minyak mentah, emas selain uang logam emas, kertas dan kardus, serta kayu olahan. Sebaliknya, ekspor barang Australia ke Indonesia dengan produk utama gandum, minyak mentah, aluminium, ternak dan kapas tumbuh 22,6 persen senilai 44,4 miliar dolar Australia. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008