Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengingatkan Penjabat Sementara (Pjs) Gubernur Jawa Timur Setya Purwaka tidak mencampuri urusan NU. "Saya berharap Pjs Gubernur Jatim tidak mencampuri NU terlalu dalam karena itu bukan tugasnya," kata Hasyim ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa. Hasyim mengemukakan hal itu menanggapi pernyataan Setya yang menyindir perilaku tokoh-tokoh NU terkait pemilihan gubernur (Pilgub) Jatim saat bersilaturahmi dengan para jurnalis di Surabaya, Minggu (24/8) lalu. "Ojok seneng nyewakno tenda utawa kursi lah (Jangan suka menyewakan tenda atau kursi lah). Mendingan membangun rumah. Rumah yang sejuk, rumah yang damai. Besarkan rumah itu supaya banyak orang yang masuk ke dalamnya," kata Setya. Setya juga menyatakan agar tokoh NU tidak membawa institusi NU ke politik praktis. "Mudah-mudahan para elitnya bisa memberi masukan. Bagaimana menyadarkan mereka," katanya. Hasyim mengatakan bahwa mengomentari soal NU bukan bagian dari tugas Setya sebagai pengganti sementara Imam Utomo yang telah berakhir masa jabatannya selaku gubernur Jatim. Terkait Pilgub Jatim, kata Hasyim, memang banyak pihak, bukan hanya Setya, yang bicara agar tokoh NU tak ikut turun tangan, terlebih membawa institusi NU. "Ada yang menyebut-menyebut agar NU kembali ke khittoh, padahal mereka tidak paham apa itu khittoh," kata Hasyim yang merupakan salah seorang penyusun konsep khittoh NU tersebut. Sekilas, lanjut Hasyim, mereka terlihat seolah-olah peduli dan memahami NU. Namun, jika dicermati ternyata mereka adalah bagian dari tim sukses salah satu calon yang kebetulan tidak didukung NU. "Apakah Pjs gubernur itu bagian tim sukses kandidat tertentu? Tentu bukan. Jadi tidak perlu ikut-ikutan mengomentari NU, apalagi dalam suasana Pilgub saat ini," katanya. Hasyim menyarankan Setya Purwaka berhubungan langsung dengan pemimpin NU jika memang ingin tahu soal organisasi yang memiliki basis massa di Jatim itu. "Kalau ingin tahu soal NU tanyalah ke pemimpinnya. Jangan menafsirkan NU secara salah," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008