Brebes, (ANTARA News) - Pesantren masih rentan disusupi oleh paham-paham ekstrim yang dapat merusak citra Islam apalagi jika sampai berujung pada aksi radikal seperti teror, kata Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar. "Ada pesantren yang seperti itu (rentan disusupi.red)," katanya usai memberikan ceramah pada acara wisuda Ma`had Aly ke-9 Pondok Pesantren Al Hikmah 2 di Brebes, Jawa Tengah, Jumat. Sebelum upaya penyusupan itu makin intensif, maka perlu ada upaya pembentengan baik dari pihak pesantren maupun pihak terkait. Menurut dia, penanganan aksi radikal seperti teror tidak hanya dilakukan melalui tindakan tegas tetapi melalui cara persuasif. "Saya bukan baru sekali datang ke pesantren-pesatren untuk memberikan ceramah. Ini penting dilakukan untuk dapat membentengi pesantren dari upaya penyusupan tadi, yakni melalui ceramah tentang wawasan kebangsaan," katanya. Ia berharap dengan wawasan kebangsaan, maka para ulama, tokoh masyarakat dan kalangan pesantren bisa memberikan sumbangannya untuk tetap mewujudkan persatuan dan persaudaraan di antara warga negara, serta menghindari upaya mempolitisasi agama. Dengan wawasan kebangsaan, maka para ulama, tokoh masyarakat serta kalangan pesantren juga tidak mengeluarkan pernyataan atau aksi yang dapat menimbulkan emosi dan agresifitas massa terutama yang berkaitan dengan sentimen SARA, dan mencegah tindakan-tindakan anarkis, katanya. Terkait dengan aliran sesat yang akhir-akhir ini marak, ia mengharapkan setiap umat muslim terutama warga Nahdlatul Ulama (NU) lebih meningkatkan ketahanannya terhadap ajaran yang menyesatkan dan meningkatkan amalan "ahlussunnah wal jama`ah" yang diyakini umat Islam di Indonesia. "Apabila para kyai mau berperan aktif dalam menjaga umat dari aliran sesat, maka saya yakin masalah aliran sesat dapat teratasi dan diselesaikan dengan baik tanpa campur tangan pemerintah," katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008