Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan perdana kelompok pakar atau EPG (eminent persons group) Indonesia dan Malaysia di Jakarta 29-30 Agustus 2008 sepakat menggunakan pendekatan budaya untuk memperbaiki hubungan kedua negara. "Budaya memegang peran penting dalam melanjutkan hubungan kedua negara, berpengaruh sekali," kata anggota EPG dari Indonesia Musni Umar, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, budaya berpeluang mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Oleh karena itu pada tahap awal 14 anggota EPG - masing-masing tujuh orang dari Indonesia dan Malaysia - memulai dialog melalui budaya dengan membahas kejayaan sejarah. "Belum dibicarakan kasus perkasus, baru bicara secara umum tentang sejarah kedua negara," ujarnya. Ia mengatakan rekomendasi EPG akan disampaikan kepada kepala pemerintahan kedua negara serta disosilalisasikan kepada masyarakat melalui media. Musni juga mengatakan bahwa EPG tidak berfungsi sebagai pemadam kebakaran yang akan menyelesaikan setiap kasus namun lebih pada merumuskan upaya pencegahan. "Membuat suatu rekomendasi agar kesalahpahaman pada masa lalu tidak terulang," katanya. Saat ditanya apakah kasus-kasus salah tangkap (merujuk pada penangkapan wasit asal Indonesia) juga termasuk dalam konflik budaya, Musni mengatakan bahwa hal itu bukan bagian dari budaya Malaysia namun hanya oknum. "Sama seperti ketika (penyanyi) Inul diberitakan akan ke Malaysia, dan masyarakat Malaysia memberikan tanggapan buruk dengan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Inul adalah budaya Indonesia, padahal itu salah, itu bukan budaya Indonesia," katanya menjelaskan tentang kesalapahaman itu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008