Garut, (ANTARA News) - Sebagian besar warga Kabupaten Garut, Jawa Barat, terutama di pedesaan dan perkampungan, sejak sepekan terakhir terpaksa kembali menggunakan kayu bakar, menyusul semakin langka dan mahalnya minyak tanah di daerah tersebut. Padahal, setiap hari dialokasikan 265 kilo liter minyak tanah bersubsidi seharga Rp 3.000 per liter. Kenyataannya, warga miskin yang paling berhak memperoleh subsidi tersebut, terpaksa berdesakan membeli minyak tanah seharga Rp 5.000 per liter, kata Enan(50), di Garut, Selasa. Warga Kampung Sangkan, Desa Cinta Rasa, Kecamatan Samarang itu, menyatakan, 60 persen penduduk di kampungnya yang selama ini menggunakan minyak tanah, lima persen gas elpiji dan 35 persen kayu bakar. Minyak tanah bersubsidi di Garut terus-menerus diburu spekulan dan warga Bandung, juga `diuber` konsumen elpiji berkapasitas 12 kilogram, yang kini kembali beralih ke minyak tanah, akibat naiknya harga elpiji 12 kilogram, katanya. Sejak lima hari terakhir, warga Kampung Sangkan bergotong royong menyewa kendaraan gerobak untuk mencari kayu bakar di hutan lindung danau purba Cibeureum, serta pada kawasan cagar alam lainnya. Kesulitan warga Garut memperoleh minyak tanah meski dengan harga mahal, juga diungkapkan Maman, warga Kampung Dirgahayu, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul. Maman bersama tetangga sekitarnya, terpaksa setiap hari mencari kayu bakar di daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk, yang kerap membawa hanyut ranting kayu, kemudian dijemur untuk kayu bakar. Subsidi minyak tanah tidak bisa lagi dinikmati warga miskin, katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008