La Paz, Bolivia (ANTARA) - Seorang pemimpin protes yang telah menjadi lambang oposisi terhadap Presiden Evo Morales tiba pada Rabu (6/11) di ibu kota negara tersebut, La Paz.

Pemimpin tersebut, Luis Fernando Camacho, berencana secara resmi menuntut Morales, sang pemimpin sayap-kiri, agar meletakkan jabatan pascapemilihan umum Oktober, yang menjadi perdebatan.

Camacho, pemimpin rakyat dari Kota Santa Cruz di bagian timur negeri tersebut, dibawa dalam rombongan dari bandar udara kota tersebut di El Alto, yang berdekatan, di tengah pengamanan ketat sementara kelompok-kelompok protes saingan menggelar kegiatan di luar.

Langkah pertama itu, setelah ia dihalangi meninggalkan bandar udara pada Selasa (5/11), telah menyulut reaksi sengit dari pendukung pemerintah dan tampaknya membuat oposisi yang terpecah.
 
Camacho berencana berpawai ke istana presiden untuk menyampaikan surat pengunduran diri yang sudah ditulis untuk ditandatangani oleh Morales.

Upaya baru itu tampaknya menyulut ketegangan setelah berpekan-pekan protes dan pemogokan sejak pemungutan suara 20 Oktober. Permusuhan telah meningkat sejak Selasa malam di La Paz dan Cochabamba. Bentrokan terjadi antara pendukung Morales dan oposisi.

Pendukung pemerintah dan pemrotes anti-Morales bentrok di luar bandar udara El Alto pada Rabu larut malam.

Carlos Mesa, yang menempati posisi kedua dalam pemilihan umum Oktober, telah berada di bandar udara tersebut untuk menunggu Camacho datang, bersama dengan mantan presiden Jorge Quiroga.
 
Presiden Bolivia Evo Morales melambaikan tangan saat acara kampanye sebelum pemilihan umum 20 Oktober di Challapata, Oruro, Bolivia, Minggu (6/10/2019). Courtesy of Bolivian Presidency/Handout via REUTERS/ama/djo 


Morales, pemimpin sosialis yang telah berkuasa sejak 2006, membela kemenangannya dalam pemilihan umum dan mengatakan oposisi berusaha memimpin "kudeta" terhadap dia dan bahwa para pesaingnya menghasut kerusuhan.

Dengan tak adanya tanda penyelesaian politik, pertikaian telah bertambah parah. Pada Rabu, berita utama di surat kabar mencela kerusuhan tersebut dan menunjuk kepada kerugian ekonomi 167 juta dolar AS. "Rakyat Bolivia melawan rakyat Bolivia" demikian judul di halaman depan satu harian lokal.

Media setempat melaporkan kematian seorang pemuda yang berusia 20-an tahun di Kota Cochahamba pada Rabu. Di dalam satu cuitan, Camacho menyalahkan Morales atas kematian itu, dan dalam satu pesan video terpisah menyerukan persatuan dan ketenangan.

Morales membenarkan bahwa pemuda tersebut meninggal. Ia menyebut sang pemuda sebagai "korban yang tak bersalah dari kerusuhan yang dihasut oleh kelompok politik yang mendorong kebencian rasial di kalangan saudara kita warga Bolivia".

Morales menang dalam pemungutan suara bulan lalu dengan keunggulan cuma 10 angka di atas perolehan Mesa. Namun, kemenangan itu dinodai oleh penghentian penghitungan suara hampir 24 jam. Ketika dilanjutkan, hasil penghitungan memperlihatkan perubahan tajam yang tak dijelaskan, yang menguntungkan Morales.
 
Sumber: Reuters
​​​​​​​
Baca juga: Pemimpin oposisi Bolivia serukan pemilihan baru

Baca juga: Presiden Bolivia berobat di Kuba

Baca juga: Bolivia akan bangun museum di dasar danau keramat

 

84 Negara Diusulkan Bebas Visa Masuk Indonesia

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019