Jakarta (ANTARA News) - Deklarasi Antar-kepercayaan mengenai Perdamaian dan Hak Asasi Manusia mengimbau pemimpin pemerintah dunia memperkenalkan kurikulum pelajaran mengenai kepentingan menerapkan hubungan antar-agama dan kepercayaan berdasarkan atas perdamaian dan tenggangrasa di sekolah. Pernyataan itu dihasilkan dalam Konferensi Antar-kepercayaan di Jenewa pada pekan ini. Konferensi itu juga mengeluarkan rencana kegiatan. Menurut keterangan resmi Perutusan Tetap Republik Indonesia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan antarbangsa lain di Jenewa, yang diterima ANTARA News, Rabu, konferensi itu dipimpin mantan Dutabesar/Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di Jenewa Makarim Wibisono sebagai ketua dan sesama pendiri Persekutuan Antarbudaya Antaragama Jenewa (GIIA). Deklarasi itu, yang menurut rencana dikirim ke Dewan Keamanan PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB serta badan lain PBB, juga mengamanatkan pemimpin pemerintah dunia bekerjasama dengan pemimpin rohani dari seluruh agama dan kepercayaan guna menciptakan perdamaian dan tenggangrasa antar-umat beragama. Konferensi itu, yang juga dihadiri 12 tokoh muda mewakili berbagai kelompok agama, selain untuk membangun jembatan perdamaian dan kesetikawanan antaragama guna meningkatkan perlindungan hak asasi dan martabat manusia juga diharapkan memberikan sumbangsih kepada PBB, khususnya Dewan Hak Asasi Manusia PBB, berupa pesan perdamaian dan kesetiakawanan. Konferensi itu diharapkan menurunkan tembok pemisah umat beragama, kepercayaan dan kebudayaan di dunia serta mengupayakan pelibatan pemimpin agama dalam proses perdamaian di dunia, sehingga dapat memberikan perspektif baru. Konferensi itu dibagi dalam enam sidang, yaitu pembahasan dewan antar-agama, PBB, Perdamaian dan Agama, Perspektif Kepercayaan terhadap Kerjasama Perdamaian dan Hak Asasi Manusia, Perspektif Kawasan terhadap Kerjasama Antar-Kepercayaan untuk Pedamaian dan Hak Asasi Manusia serta Peran Kepercayaan dalam Perlindungan dan Martabat Hak Asasi Manusia. Sebagian besar dari 23 pembicara terdiri atas tokoh rohaniwan, cendekiawan dan teolog antara lain Dr William McComish (rohaniwan Nasrani dan dekan katedral St Pierre Jenewa, Bongkott Sitthipol (rohaniwan Budha dari Thailand), Hafid Ouardiri (tokoh dan rohaniwan Islam di Jenewa), Charles Graves (Antariman Antarbangsa), Thomas Walsh (Sekrtaris Jenderal Universal Federasi Perdamaian), Rabin Izhak Dayan (rohaniwan Yahudi di Jenewa), Satish Joshi (Forum Hindu), Willy Fautre (Direktur Hak Asasi Manusia tanpa Perbatasan) dan Peter Zohrer (Presiden Forum Kebebasan Beragama Eropa). Hasil konferensi perdana berupa "Deklarasi Antaragama tentang Perdamaian dan Hak Asasi Manusia serta Acara Kegiatan itu diharapkan memberikan nilai perdamaian dan tenggangrasa dari perspektif antariman dan keagamaan serta dapat dilanjutkan dengan memberikan penekanan pada penerimaan atas perbedaan. Konferensi itu difasilitasi perwakilan Indonesia di Jenewa bekerjasama dengan Perwakilan Tetap Filipina, Federasi Perdamaian Dunia (UPF) dan GIIA. Pertemuan dua hari tersebut dihadiri sekitar 180 peserta dari kalangan diplomat di Jenewa, tokoh rohaniwan, cendekiawan, teolog dan masyarakat antarbangsa berbasis di Jenewa.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008