Purbalingga (ANTARA News) - Meski pemerintah telah mengumumkan bahwa tanggal 1 Ramadhan jatuh pada 1 September, tetapi pengikut Islam aliran Raden Rasid Sayid Kuning atau Alip-Rebo-Wage (A-bo-ge) mulai menjalankan ibadah puasa pada Rabu (3/9). "Hari ini (Rabu, red) puasa hari pertama bagi penganut Aboge," kata Maksudi penganut Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu. Menurut dia, dasar penentuan 1 Ramadhan telah diyakini warga Aboge sejak abad 14, yakni dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri dari tahun Alif, Ha, Jim, Awal, Za, Dal, Ba, Wawu dan Jim akhir. Dengan demikian, para penganut Aboge menyakini tanggal 1 Muharam yang lalu jatuh pada tahun Alip, dan pada hari Jumat dengan pasaran Pon. "Dalam hal ini kami meyakini 1 Ramadhan jatuh pada Don-Nem-Ro yang merupakan singkatan dari Don (Ramadan) Nem (hari keenam) dan Ro pada pasaran hari menurut hitungan Jawa yakni Wage, sehingga 1 Ramadhan jatuh pada 3 September atau tepatnya hari Rabu dengan pasaran Wage," katanya. Selain itu, menurut dia, penganut Aboge juga meyakini hari pertama adalah hari Jumat, dan dalam satu tahun jumlah hari hanya 29 hingga 30 hari. Mengenai perhitungan ini, Maksudi mengatakan perhitungan yang dipakai aliran Aboge telah digunakan para wali sejak abad 14 dan disebarluaskan oleh ulama Raden Rasid Sayid Kuning dari Pajang. Menurut dia, perhitungan Aboge merupakan gabungan perhitungan dalam satu windu dengan jumlah hari dan jumlah pasaran hari berdasarkan perhitungan Jawa yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing. "Dengan dasar perhitungan tersebut, 1 Syawal 1429 Hijriah akan jatuh pada Wal-Ji-Ro, yakni pada hari Siji (Jumat) dengan pasaran Ro (Loro) yaitu hari Jumat Wage atau 3 Oktober mendatang," kata Maksudi yang mengaku sebagai keturunan ke-9 Raden Rasid Sayid Kuning. Bahkan, kata dia, perhitungan itu dapat digunakan untuk menentukan 1 Ramadhan hingga 10 tahun mendatang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008