Jakarta (ANTARA News) - Para ekonom menilai kenaikan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bsp) menjadi 9,25 persen karena kondisi perekonomian saat ini masih belum stabil. Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan di Jakarta, Kamis, mengatakan, langkah Bank Indonesia menaikkan BI rate 25 basis poin tepat untuk mengantisipasi tingginya inflasi. "Kita belum bisa melihat inflasi turun. Belum ada tren penurunan inflasi dalam tiga bulan ini, apalagi bulan September dimana terdapat puasa dan lebaran dan Desember nanti menyambut tahun baru dan natal. Dua bulan ini inflasi akan tinggi lagi karena permintaan masyarakat," katanya. Untuk itu langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga, menurut dia, merupakan langkah tepat untuk mengerem laju inflasi di sisi moneter. Selain itu, ia mengatakan, kenaikan saat ini dirasa merupakan momentum yang tepat karena rupiah stabil. "Kenaikan saat ini tepat sebab stabilitas rupiah masih stabil, dimana saat ini dolar tengah menguat terhadap euro," katanya. Ia menilai Bank Indonesia akan menaikan sekali lagi BI rate sebesar 25 basis poin pada bulan depan. "Saya kira BI akan meniakan menjadi 9,5 persen hingga akhir tahun nanti. Dan BI akan meniakan 0,25 persen pada bulan depan untuk memberikan kepastian," katanya. Sementara itu Kepala Ekonom Bank BNI Tony A Prasetyantono mengatakan, kebijakan BI menaikan suku bungannya sudah tepat. "Saat ini kredit telah mengalami overheating (kepanasan) dengan pertumbuhan 35 persen dan LDR (rasio kredit terhadap simpanan 76 persen, ini saya kira perlu di rem. Dan dinaikannya BI Rate akan mendorong perbankan menaikan suku bunga kreditnya untuk mengerem kredit," katanya. Selain itu, menurut dia, kenaikan suku bunga diperlukan untuk mengatasi kesulitan likuditas di kalangan perbankan. "Perbankan saat ini tengah mengalami kesulitan likuiditasnya, untuk itu peningkatan ini cukup berarti bagi bank untuk memulihkan kondisi likuiditas. Meski kita tahu perbankan sendiri sebelumnya telah menaikan suku bunga depositonya hingga 13 persen untuk mengatasi kesulitan tersebut," katanya. Tony mengatakan, kemungkinan BI akan meniakan lagi suku bunga acuannya hingga 9,75 persen pada akhir tahun nanti. "BI akan menaikan dua kali lagi BI Rate untuk menyetabilkan perekonomian terutama untuk menekan inflasi yang masih tinggi," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008