Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, menembus angka batas psikologis Rp9.300 per dolar AS, menjadi Rp9.326/9.330 atau merosot tajam sebesar 118 poin dibanding hari sebelumnya Rp9.208/9.300. Direktur Utama PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan terpuruknya rupiah itu karena pasar yang emosional. Pasar panik setelah mengetahui harga minyak merosot tajam mendekati angka 100 dolar AS, sehingga memicu penguatan tajam dolar AS, katanya. Kenaikan dolar AS di pasar global, menurut dia, memicu pelaku lokal memburu dolar AS, sehingga mata uang itu naik tajam sampai menembus angka Rp9.300 per dolar AS. "Kami perkirakan rupiah pada sore nanti akan kembali terpuruk karena tekanan pasar yang terus menguat," ucapnya. Harga minyak mentah "Light Sweet" Amerika Serikat untuk pengiriman Oktober merosot 1,46 dolar AS menjadi 107,89 dolar AS per barel. Di London, minyak mentah Brent dari Laut Utara untuk pengiriman Oktober jatuh 1,76 dolar menjadi 106,30 dolar AS per barrel. Akibatnya mata uang tunggal Eropa, euro merosot ke level terendah terhadap dolar AS setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan proyeksi pertumbuhan zona euro yang menambah kesuraman di kawasan itu. Euro turun menjadi 1,4366 dolar dari 1,4492 dolar AS, namun dolar turun terhadap mata uang Jepang menjadi 154,75 yen dari 156,92 yen. Edwin mengatakan, bank sentral Eropa telah memangkas proyeksi pertumbuhan 2008 menjadi 1,4 persen dari sebelumnya 1,8 persen, dan memperkirakan pertumbuhan tahun depan pada 1,2 persen dibandingkan prospek awal 1,5 persen. "Ekonomi euro saat ini sedang mengalami episode melemahnya kegiatan," ucapnya. Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengintervensi pasar agar tekanan rupiah berkurang, sehingga laju penurunan rupiah akan berkurang. BI harus masuk pasar untuk mengurangi tekanan pasar terhadap rupiah, karena gelombang tekanan itu cenderung makin menguat, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008