Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmud Abbas akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat George W. Bush di Gedung Putih pada akhir bulan ini, kata para pejabat Palestina di sini Selasa. "Pertemuan akan dilangsungkan 26 September pagi," kata jurubicara Abbas, Nabil Abu Rudeina kepada AFP. Di Washington, seorang jurubicara Gedung Putih menolak membenarkan pertemuan tersebut, namun mengatakan bahwa hal itu mungkin saja terjadi, di sela-sela pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). "Banyak pemimpin yang berkunjung ke negara ini pada saat mereka pergi ke New York, beberapa pemimpin akan datang di sekitar pekan itu," kata jurubicara Dana Perino. Sebelum berkunjung ke Washington, Abbas akan menghadiri pembukaan sidang Majelis Umum PBB yang dimulai 23 September. Para pejabat Palestina sebelumnya mengatakan bahwa Abbas akan bertemu dengan Bush di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB. Abbas dan Bush akan `mengevaluasi proses perundingan Israel-Palestina dan membahas persoalan-persoalan yang menghambat pencapaian kesepakatan tersebut," kata perunding Palestina Saeb Erakat. Erekat menuduh Israel gagal melaksanakan komitmen-komitmennya dalam perundingan-perundingan perdamaian Israel-Palestina, termasuk kesepakatan membekukan kegiatan pembangunan pemukiman di wilayah Tepi Barat yang mereka duduki. Terus berlanjutnya pembangunan pemukiman Israel itu dipandang sebagai salah satu kendala besar dalam upaya-upaya mencapai perjanjian perdamaian. Upaya-upaya perdamaian telah dilancarkan kembali dengan gembar-gembor besar pada konferensi yang diprakasai AS dalam November lalu, dengan tujuan tercapainya perjanjian pada akhir tahun ini, namun hanya sedikit mendapat kemajuan. "Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda tercapainya perjanjian itu pada akhir tahun ini, yang terdiri atas semua masalah," kata Abbas Sabtu, setelah dia berunding dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak di Kairo. Harapan-harapan bagi kemajuan perjanjian perdamaian itu lebih lanjut juga disebabkan keputusan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert untuk mundur, setelah partainya Kadima mengadakan pemilihan pemimpin pada 17 September. Namun Perino di Washington mengatakan, bahwa Gedung Putih tidak memberikan batasan waktu tentang pencapaian perjanjian perdamaian itu. "Kami terus bekerja ke arah itu ... Dan nyatanya ada sesuatu, seperti pengumuman masalah pemukiman, yang merongrong perundingan-perundingan tersebut. Namun lebih dari itu saya berpendapat bahwa mereka masih terus bekerja ke arah itu," ujarnya.

Copyright © ANTARA 2008