Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan konferensi perubahan iklim yang akan berlangsung di Poznan, Polandia, Desember mendatang dapat mendorong proses negosiasi yang telah dirintis pada Peta Jalan Bali (Bali Roadmap). "Kita harus memastikan proses untuk menghadapi perubahan iklim dalam jalur yang tepat untuk itu harus berkonsentrasi pada perkembangan yang akan terjadi di Poznan, Desember mendatang," kata Presiden Yudhoyono dalam "teleconference" dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dan Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen di Istana Negara Jakarta, Jumat malam. Presiden menambahkan, pengalaman konferensi di Bali dapat menjadi pelajaran penting untuk mengurangi celah dari berbagai kepentingan yang hadir dalam pertemuan tersebut. "Kunci keberhasilan antara lain persiapan yang baik, komunikasi serta adanya kepemimpinan, dan saya yakin saat konferensi di Poznan, ketiga hal itu dapat terwujud," ujarnya. Presiden menekankan meskipun proses negosiasi baru akan berlangsung pada Januari 2009 sehingga hanya ada empat pertemuan sejak konferensi di Bali, Desember 2007 lalu, namun dengan perhatian dan kerjasama yang dilakukan antara semua pihak, proses kesepakatan atas penanganan perubahan iklim bisa tercapai tanpa menunggu Januari 2009. Pada bagian lainnya, Kepala Negara juga mengatakan bahwa negara berkembang harus mengambil inisiatif untuk melakukan stabilisasi dari efek gas rumah kaca dan memastikan tidak ada penundaan dari komitmen yang dihasilkan pada Protokol Kyoto. "Kita harus melanjutkan usaha-usaha untuk membahas isu perubahan iklim dengan melibatkan para menteri di bidang perdagangan dan keuangan, pembiayaan global dan juga sistem perdagangan memegang peranan penting untuk menyadarkan publik tentang perlunya penanganan krisis iklim yang mulai terjadi," katanya. Sementara itu Jurubicara Kepresidenan Dino Patti Djalal seusasi "teleconference" yang berlangsung lebih kurang satu jam itu mengatakan bahwa hal utama yang dibicarakan dalam pembicaraan paralel antara Sekjen PBB, Presiden Yudhoyono, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dan Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen adalah bagaimana menjaga momentum yang dihasilkan dari pertemuan Bali berlanjut pada pertemuan di Poznan dan akhirnya di Kopenhagen pada 2009 mendatang. "Ada kepedulian di kalangan pemimpin bahwa proses cukup tersendat sejak pertemuan di Bali, dan Presiden mengimbau agar proses ini berlanjut sehingga momentumnya tetap terjaga. Apa yang dirasakan Presiden Yudhoyono juga dirasakan yang lain," katanya. Masih menurut Dino, Presiden juga mengemukakan ide bahwa proses konsultasi antara Sekjen PBB dengan Kepala Pemerintahan lebih diaktifkan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Menanggapi tentang pembicaraan teleconference yang berlangsung tertutup Dino mengatakan bahwa hal itu adalah bagian dari strategi pertemuan dan hasil dari pertemuan Jumat malam (12/9) itu akan dipublikasikan secara resmi oleh Sekjen PBB beberapa waktu mendatang. Ketika ditanya apakah ada perhatian Presiden Yudhoyono tentang keterlibatan negara-negara maju dalam perundingan perubahan iklim, Dino mengatakan bahwa Kepala Negara mengimbau negara maju menepati komitmen sebagaimana yang selalu dituntut oleh negara berkembang dan dijanjikan oleh negara maju antara lain transfer teknologi dan pembiayaan. Dino mengatakan, Indonesia juga mengharapkan keterlibatan AS lebih aktif dalam proses negosiasi pada pemerintahan baru mendatang siapapun presiden terpilih.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008