Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah masih menyelidiki ada tidaknya faktor darurat dalam pendaratan pesawat tanpa izin yang dilakukan oleh lima warga Australia di Bandara Mopah, Merauke, Papua hari Jumat(12/9) . Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin, mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan kepolisian untuk mengetahui motif dan tujuan pendaratan tersebut. "Masih dilakukan penyelidikan oleh kepolisian untuk memastikan motif apa, keperluan apa mendarat di sana, apakah darurat," ujarnya. Menurut kesimpulan awal, Hassan mengatakan, pesawat berangkat dari Pulau Horn, Australia, itu memang mendarat tanpa izin. "Itu pasti, karena memang tidak ada izinnya," ujar Menlu. Apabila ada kondisi darurat atau kehabisan bahan bakar, ia menambahkan, maka sesuai peraturan internasional maka Indonesia wajib membuka pintu untuk pendaratan darurat pesawat asing. "Itu yang musti kita selidiki, ada tidak faktor kedaruratannya," katanya. Penyelidikan, lanjut dia, saat ini di bawah kepolisian berkoordinasi dengan keimigrasian dan Departemen Perhubungan. Kedutaan besar (Kedubes) Australia di Indonesia, kata Hassan, telah berkomunikasi dengan pemerintah dan meminta izin agar stafnya berangkat ke Merauke guna memberikan perlindungan lekonsuleran kepada lima warganya. "Mereka juga tahu, reaksi awalnya adalah ini kebodohan, tindakan bodoh. Tapi, dari segi prosedur diplomatik jika ada warga asing diduga terkait dengan pelanggaran hukum setempat maka kedutaan biasanya mendampingi," tuturnya. Kantor imigrasi Merauke mengisolasi lima warga negara Australia karena melakukan pendaratan di Bandara Mopah, Merauke, Papua, tanpa membawa surat penerbangan maupun visa. Hingga Minggu petang, 14 September 2008, lima warga Australia itu masih diamankan di Hotel Asmat. Sedangkan pesawat yang mereka tumpangi masih diparkir di Bandara Mopah. Pesawat jenis V8 dengan nomor registrasi VH-PFP itu mendarat di bandara Mopah pada Jumat pukul 11.28. Pesawat dipiloti William Henry Scott-Bloxam, dan kopilot Vera Scott-Bloxam, sedangkan tiga penumpangnya adalah Hubert Hofer, Karen Burke, dan Keith Rowald Mortimer.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008