Solo (ANTARA) - Para pemain Prawira Bandung memberi reaksi memuaskan atas hasil negatif di laga sebelumnya demi mengalahkan Louvre Surabaya yang merasa masih terkendala kebugaran bertanding dalam pertandingan lanjutan Piala Presiden Bola Basket di GOR Sritex Arena, Solo, Kamis.

Dalam laga tersebut Prawira menang telak 90-54 atas Louvre, demi menebus kekalahan yang juga telak kontra Satria Muda Pertamina Jakarta sehari sebelumnya.

Baca juga: Prawira lampiaskan kekesalan di Piala Presiden dengan lumat Louvre

"Kemarin ambisi kami terlukai. Hari ini saya menanti reaksi dari para pemain, dan reaksinya bagus," kata pelatih Prawira Giedrius Zibenas selepas pertandingan.

"Kami memulai pertandingan dengan energi sangat besar di lini serang, keasyikan dan sedikit keteteran di pertahanan. Tapi pada akhirnya kami mengendalikan banyak aspek pertandingan, termasuk rebound," ujarnya menambahkan.

Pelatih yang akrab disapa Gibi itu mengaku sektor serangan memang menjadi fokus perbaikan utamanya dalam laga kontra Louvre, mengingat di pertandingan sebelumnya mereka hanya mencapai tingkat akurasi tembakan terbuka 23 persen.

Bahkan, pelatih asal Lithuania itu mengaku laga Prawira kontra Louvre boleh jadi pertandingan pertamanya di mana ia sangat berkonsentrasi penuh ke sektor serangan.

"Karena apa yang terjadi kemarin, akurasi buruk, ada pekerjaan rumah besar. Saya berkonsentrasi penuh ke serangan, kami butuh kepercayaan diri," ujar pelatih yang musim lalu sukses membawa Stapac Jakarta menjadi jawara Liga Bola Basket Indonesia (IBL) itu.

Baca juga: Hasil dan klasemen Piala Presiden, Hangtuah terdepan menuju semifinal

Kemenangan atas Louvre menumbuhkan lagi asa Prawira untuk lolos ke babak semifinal, meski nasib mereka kini ditentukan oleh hasil-hasil pertandingan lain.

Hingga hari kedua pertandingan Piala Presiden Bola Basket berakhir, Prawira berada di puncak klasemen Grup C dengan raihan tiga poin dan selisih skor 13 poin, sebagai modal yang dipertaruhkan tergantung hasil pertandingan Louvre kontra Satria Muda dan laga-laga lain.
Pemain Louvre Surabaya Daniel Wenas dipapah staf tim dan Wendha Wijaya karena cedera dalam laga Piala Presiden Bola Basket melawan Prawira Bandun di GOR Sritex Arena, Solo, Kamis (21/11/2019). (ANTARA/Gilang Galiartha)


Kalah kebugaran bertanding

Laga melawan Prawira menjadi pertandingan debut bagi Louvre dalam kompetisi profesional bola basket di Indonesia dan bagi sang pelatih Andika Saputra kekalahan yang mereka telan hanya terjadi karena para pemainnya belum punya kebugaran bertanding yang baik.

"Masalah utama kami kondisi kebugaran bertanding pemain. Itu saja," kata pelatih yang akrab disapa Bedu itu.

"Ketika kebugaran menurun, akurasi tembakan mengikuti. Kami jadi terburu-buru, berat mengikuti rencana," ujarnya menambahkan.

Kebugaran bertanding pula yang disebutnya turut andil membuat Louvre banyak kehilangan bola. Statistik pertandingan mencatat Louvre hanya empat kali kehilangan bola pada kuarter pertama, namun pada periode berikutnya jumlahnya berlipat ganda menjadi total 12 kali.

Pada akhirnya, Louvre menutup pertandingan dengan tercatat 21 kali kehilangan bola yang berhasil dimanfaatkan oleh Prawira dan dikonversi menjadi 32 poin.

Baca juga: Bima Perkasa paksa NSH angkat koper dari Piala Presiden

Penggawa Louvre Daniel Wenas mengamini pendapat Bedu. Terlebih, hanya 13 hari kesempatan berlatih menjelang Piala Presiden Bola Basket resmi digelar menjadi situasi yang tak menguntungkan bagi Louvre.

"13 hari latihan pasti enggak gampang main lawan tim papan atas yang latihannya dari enam bulan lalu," katanya.

"Dan kalau menurut saya, kami terlalu menggebu-gebu akhirnya bisa memainkan pertandingan resmi pertama, sehingga manajemen kondisi masing-masing pemain juga kurang," ujar Wenas melengkapi.

Louvre tentu masih berkesempatan untuk menangkal perkara kebugaran bertanding tersebut saat mereka melakoni laga kedua penyisihan Grup C Piala Presiden Bola Basket melawan Satria Muda pada Jumat (22/11).

Baca juga: Tundukkan Pacific, semangat juang pemain Hangtuah tuai pujian

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019