Bangkok (ANTARA) - Pemerintah Thailand pada Rabu membalikkan rencana melarang penggunaan glifosat dan menunda pengenaan larangan terhadap dua bahan kimia lain yang digunakan sebagai pestisida pertanian, dengan alasan dampak negatif terhadap petani, industri dan perdagangan internasional.

Banyak kelompok petani lokal melakukan protes menentang larangan tersebut, dengan mengatakan bahwa kurangnya pengganti yang tidak mahal akan membahayakan mata pencaharian mereka.

Pemerintah Amerika Serikat juga memprotes langkah Thailand yang akan melarang tiga bahan kimia, terutama glifosat, dengan mengatakan bahwa mereka khawatir tentang kemungkinan dampak pada ekspor pertanian AS ke Thailand.

Baca juga: Pengamat: Pertanian Thailand maju karena bank khusus

Bulan lalu, Komite Bahan Berbahaya Nasional pemerintah Thailand memutuskan untuk melarang penggunaan glifosat, paraquat, dan klorpirifos, tiga zat yang sering ditemukan dalam pestisida dan insektisida, menyoroti bahan-bahan tersebut sebagai "bahan kimia berbahaya", mulai 1 Desember.

Pada hari Rabu, pemerintah mencabut larangan atas glifosat, dengan mengatakan penggunaannya dapat berlanjut dalam batas residu maksimum saat ini, dan menunda larangan untuk paraquat dan chlorpyrifos selama enam bulan hingga 1 Juni.

"Setelah diskusi tentang pengelolaan bahan kimia berbahaya ... kami telah menemukan bahwa kami tidak dapat mengelola situasi jika larangan tersebut terjadi pada 1 Desember," kata pernyataan dari Komite Bahan Berbahaya Nasional.

Pemerintah mengatakan larangan tiba-tiba akan mahal karena kebutuhan untuk menghancurkan sekitar 23.000 ton bahan kimia yang tersisa di negara itu.

Industri makanan dan pakan ternak juga bisa berjuang untuk menemukan bahan baku karena kurangnya alternatif bahan impor yang menggunakan bahan kimia ini, pernyataan itu menambahkan.

Kelompok-kelompok masyarakat sipil kecewa dengan pembalikan larangan itu, dengan mengatakan bahwa pemerintah menyerah pada kelompok-kelompok yang berkepentingan.

"Ini sangat mengecewakan," kata Witoon Lianchamroon, Direktur BioThai kepada Reuters. "Mereka membantu perusahaan yang mengimpor bahan kimia ini, khususnya importir glifosat."

Baca juga: Bahan kimia terbakar di pelabuhan Thailand, tiga dermaga ditutup

Penilaian Badan Perlindungan Lingkungan A.S. pada tahun 2017 mengatakan bahwa glifosat "tidak menimbulkan risiko yang berarti bagi kesehatan manusia ketika digunakan sebagai yang disahkan", tetapi diklasifikasikan oleh kelompok penelitian kanker Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2015 sebagai "mungkin bersifat karsinogen bagi manusia".

Awal tahun ini, Vietnam bertindak untuk melarang glifosat, yang juga memicu protes dari pemerintah AS dan Bayer AG, yang menjual Roundup weedkiller.

Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019