Bandung (ANTARA News) - Seorang wanita penumpang kereta api Kutojaya Selatan, Suryati (25), pingsan di gerbong keenam kereta api tujuan Bandung - Kutoarjo itu karena kekurangan oksigen, Sabtu malam. Wanita yang hendak mudik ke Kawung Anten, Jawa Tengah itu terpaksa diturunkan dengan susah payah sebelum kereta api uang mengangkut 2.000 penumpang tersebut berangkat dari Bandung, Jawa Barat menuju Kutoarjo, Jawa Tengah. "Ia harus diturunkan dari KA karena berbahaya, kondisinya lemah dan harus mendapat bantuan oksigen," kata seorang paramedis di Posko Kesehatan Stasiun Kiaracondong. Suryati diketahui pingsan di bagian pojok gerbong setelah seorang penumpang lain melaporkannya kepada petugas. Petugas bersusah payah mengeluarkan wanita berambut sebahu itu dari gerbong kereta api yang penuh sesak penumpang. Suryati siuman setelah mendapatkan bantuan oksigen dari petugas medis. Ia memaksa untuk masuk kembali ke dalam KA Kutojaya, namun karena kondisinya masih lemah, ia dianjurkan naik KA Kutojaya Tambahan yang diberangkatkan pukul 00.30 WIB. "Suasana di dalam kereta itu sangat pengap dan sulit bernafas, kacamata saya sampai berembun saat mengambil penumpang itu," kata paramedis itu. Para penumpang KA Kutojaya itu sudah berada di dalam gerbong KA ekspres itu sejak pukul 16.00 WIB karena kuatir tidak mendapatkan tempat duduk. Selain sulit bernafas, para penumpang KA Kutojaya itu dipastikan harus menahan buang air kecil dan buang air besar, pasalnya penumpang meluber hingga ke toilet. Seorang ibu dan dua anaknya sempat terjebak di dalam toilet KA Kutojaya karena tak bisa keluar akibat penumpang penuh hingga ke pintu masuk. Dalam kondisi panik dan kedua anaknya menangis, wanita itu akhirnya dievakuasi dan dipindahkan ke kereta makan. Sementara itu, jumlah penumpang di Stasiun Kiaracondong meningkat tajam pada Sabtu malam. Meski demikian, belum bisa disebut sebagai puncak arus mudik di stasiun itu. "Kami melihat dulu Minggu besok, namun diakui jumlah penumpang malam ini sangat signifikan," kata Kepala Daop II Bandung, Sjaiful Echwan.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008