Pekalongan (ANTARA News) - Peredaran batik China di pasaran yang dijual dengan harga murah, membuat cemas para perajin batik printing di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Furqon, seorang perajin batik printing di Kabupaten Pekalongan, Selasa, mengatakan, membanjirnya batik China kini belum terlalu berpengaruh terhadap perajin batik printing karena permintaan barang menjelang Lebaran cukup tinggi. "Masuknya batik impor dari China dipastikan akan menjadi gejolak bagi perajin setelah Lebaran 2008 usai," katanya. Yasir Muhammad, seorang perajin batik printing lainnya, mengatakan, masuknya batik dari China di pasaran akan mempengaruhi usaha kerajinan batik asal Pekalongan karena mereka mempunyai beberapa keunggulan jika dibanding perajin lokal. Perajin batik asal China, katanya, mempunyai keunggulan dalam bidang teknologi, modal, dan menguasai bahan baku batik sehingga kondisi tersebut dipastikan akan mengancam kelangsungan usaha batik lokal. "Hampir semua bahan baku dikuasai China dari mulai benang, kain, obat pewarna, dan sampai peralatan konveksinya," katanya. Ia berharap pemerintah segera bertindak untuk melakukan perombakan tata niaga dengan cara membatasi barang impor sebab jika dibiarkan maka dipastikan akan mengancam kelangsungan kerajinan batik lokal. "Selama ini, selisih harga batik impor mampu mencapai 50 persen dari harga produk batik printing lokal sehingga kami kalah bersaing dengan barang impor tersebut," katanya. Ketua Ikatan Paguyuban Pedagang Batik Setono Pekalongan, Amrizal Yasmin, mengatakan, meski saat ini batik China belum banyak beredar di Kota Pekalongan tetapi barang tekstil impor bermotif batik tersebut diperkirakan akan hilang sendiri di pasaran karena batik Pekalongan menggunakan teknik "handstam" atau canting cap dan bukan sablon. Teknik canting cap, katanya, merupakan teknik batik asli yang menggunakan bahan baku lilin dan pewarnaan yang meresap di seluruh lapisan kain sehingga warna tidak cepat luntur atau pudar. "Teknik tersebut kami perkirakan berbeda jauh dari produk batik impor yang hanya menonjolkan pewarnaannya saja tanpa memperhatikan kualitas warna agar tidak cepat pudar," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008