Jakarta, (ANTARA News) - Bayern Munich, AS Roma dan Juventus sedang menyimak kisah mengenai pertempuran suara hati melawan kenyataan kehidupan. Ketiga klub raksasa itu tidak ingin melarikan diri dari salah satu fakta bola bahwa kemenangan tanpa perjuangan hanyalah isapan jempol, sementara kekalahan hanyalah awal dari pertempuran. Sosok Antigone dalam mitos Yunani klasik dilukiskan sebagai perempuan berhati baja. Kekuatannya bukan ada dalam kelengkapan persenjataan, melainkan ada dalam keteguhan hati untuk mentaati bisikan nurani. Dengan tangannya sendiri, Antigone menguburkan jasad saudaranya Polyneices dalam satu makam kosong. Padahal, raja Thebes memerintahkan agar mayat Polyneices dibiarkan saja menjadi makanan anjing dan burung hering. Antigone justru "mbalelo". Hatinya justru tergerak oleh belas kasihan, bukan terdorong oleh banyaknya dan lengkapnya peraturan. "Aku telah melaksanakan apa yang kuyakini tepat dan benar," kata Antigone. Sikapnya yang berseberangan akhirnya menghantar perempuan itu ke gua pengasingan. Penduduk Thebes tidak berani mengangkat muka atas nasib yang menimpa Antigone. Nasib Antigone adalah nasib Bayern, Roma dan Juve dalam laga Liga Champions pekan ini. Ketiganya mengukuhkan diri dalam kredo kehidupan bahwa aturan hukum menutup kelapangan hati, sementara belas kasihan membuka gerbang nurani. Belas kasihan membebaskan, aturan hukum memenjarakan nurani. Nurani ingin mengobati dirinya sendiri dari borok kejijikan dan kepalsuan. Kalah adalah kalah, menang adalah menang. Bukankah kemenangan di laga kehidupan kerapkali menggadaikan kemurnian nurani? Jawaban dari tiga tim itu justru kekalahan. Gemerlap Bayern Munich, AS Roma dan Juventus tidak kunjung berpendar. Ketiganya tengah menjalani masa redup meski pertempuran jauh dari paripurna. Tiga klub itu mewakili apa yang selama ini orang sangkakan, bahwa merayakan kemenangan itu jauh lebih mudah, ketimbang menelan kebangkutan. Untuk apa menang, untuk apa kalah? Ketiganya tidak sendiri. Di Inggris, baik Liverpool maupun Chelsea menunjukkan makna perjuangan. Keduanya tengah bertengger di klasemen Liga Utama Inggris (Premier League), sementara Manchester United terus merangkak untuk membuktikan diri sebagai "Sang Juara". Pelatih Chelsea Luiz Felipe Scolari tampil perkasa dengan mengalahkan Aston Villa 2-0 di Stamfod Bridge. Kini The Blues meraup 17 poin, sementara Liverpool juga meraih 17 poin dari tujuh pertandingan setelah menundukkan Manchester City 3-2. Tampil dua sosok perkasa, yakni Fernando Torres dan Dirk Kuyt. Jangan lupa bahwa, Wayne Rooney bak membawa bintang pembebasan bagi United. Pasukan asuhan Sir Alex Ferguson menang 2-0 atas Blackburn Rovers. Inilah sosok yang memungut pencerahan dari kisah Antigone. Kalau Antigone sukses mengalahkan kemauan diri sendiri, maka Barcelona menuai berkat dari kesungguhan. Barca mengaramkan Atletico Madrid 6-1 pada Sabtu. Sementara juara Liga Utama Spanyol Real Madrid terus membayangi posisi Barca. Meski Real perlu was-was setelah bermain imbang 2-2 melawan Espanyol. Hati AS Roma begitu remuk setelah kalah 0-1 atas Siena. Bahkan dua palang pintu Roma yakni Philippe Mexes dan Christian Panucci diusir keluar lapangan. Setali tiga uang, Juventus menjalani pencobaan dengan takluk 1-2 ketika melawan Palermo. Kekalahan ini justru terjadi di hadapan publik Roma sendiri. Sedang AC Milan juga dipaksa main imbang 0-0 melawan Cagliari. Kosok baliknya, Inter Milan boleh tersenyum karena beroleh kemenangan 2-1 atas Bologna. Drama Antigone bukan hanya meletak di Serie A, tetapi di Liga Utama Jerman. Bayern Munich tergelincir ke peringkat 11 dalam klasemen Bundesliga setelah bermain seri 3-3 dalam laga kandang melawan Bochum. Bayern sempat unggul 3-1 lewat gol yang dilesakkan oleh Daniel van Buyten dan Ze Roberto (2). Pasukan Bochum pun bangkit untuk menyamakan kedudukan dengan mencetak dua gol. Bayern perlu merevolusi diri, salah satunya memiliki mentalitas juara dengan menerobos segala kekakuan dan kejemuan dari segala aturan. Kebekuan sistem yang kerap menjadi label dari sepakbola Jerman perlu "digasak" dengan semangat anti kemapanan. Bayern perlu belajar dari drama Antigone, bahwa tidak selamanya pembangunan sistem atau penerapan aturan berakhir dengan buah sukses. Drama Antigone menyisakan daulat dari esensi laga bola bahwa, "Waspadalah. Bilakah kau tidak mendengarkan suara nurani, hatimu akan remuk." Dan Bayern Munich, AS Roma dan Juventus tidak ingin terperosok dalam tiadanya harapan. Ketiga klub itu seakan berbisik, "Datanglah mendekat, Antigone." (*)

Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008